
Api Perang Dagang Tak Pernah Padam, IHSG Memerah!
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
04 December 2019 09:54

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melemah pada pembukaan perdagangan hari ini, Rabu (4/12/2019) dengan mencatatkan koreksi 0,2% ke level 6.121,33.
Pergerakan IHSG searah dengan bursa saham acuan kawasan Asia yang juga kompak bergerak ke selatan. Indeks Nikkei anjlok 1,22%, indeks Hang Seng anjlok 1,2%, indeks Kospi terkoreksi 0,99%, indeks Straits Times terkoreksi 0,66%, dan indeks Shanghai melemah 0,32%.
Bursa saham utama Benua Kuning kompak bergerak terperosok di zona merah setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan bahwa dirinya tidak akan terburu-buru untuk menekan kesepakatan dagang dengan China. Bahkan hal itu bisa menunggu hingga pemilihan umum (pemilu) presiden AS tahun depan.
Padahal pergelaran Pemilu Presiden AS dijadwalkan berlangsung pada November 2020.
"Saya tidak punya tenggat waktu, tidak. Bahkan, saya senang dengan ide menunggu sampai setelah Pemilu untuk mencapai kesepakatan dengan China. Namun mereka (China) ingin ada kesepakatan sekarang, jadi kita lihat saja," ungkap Trump kepada para jurnalis di London, seperti diberitakan Reuters.
Dengan demikian besar kemungkinan friksi dagang kedua negara akan terus berlanjut dan tidak menutup kemungkinan Washington akan benar-benar memberlakukan tambahan bea masuk atas produk impor asal China senilai US$ 156 miliar pada pekan depan, 15 Desember 2019.
Jika tarif baru ini diberlakukan, maka amarah Negeri Tiongkok akan terpancing. Pasalnya, pihak Beijing sudah berulang kali menegaskan bahwa penghapusan tarif merupakan faktor kunci untuk mencapai kesepakatan dagang. Jadi pemberlakuan tarif baru menunjukkan bahwa AS tidak berniat rujuk dengan China.
Belum lagi Negeri Paman Sam diberitakan sedang mengkaji kemungkinan melarang Huawei (perusahaan telekomunikasi asal China) untuk terlibat dalam sistem keuangan Negeri Paman Sam.
Sumber di lingkaran pemerintah AS mengungkapkan, Huawei akan masuk ke daftar Specially Designated Nationals (SDN). Kebijakan ini kemungkinan diterapkan dalam beberapa bulan ke depan, tergantung perkembangan situasi.
Ketika seseorang atau korporasi berada di daftar SDN, maka asetnya akan dibekukan dan orang-orang di AS tidak boleh berurusan dengan mereka. Jika ini benar terjadi, maka Huawei akan berada di kelompok yang sama dengan para teroris, pengedar narkotika, atau pelaku perdagangan manusia.
Kekhawatiran bahwa damai dagang tidak dapat ditekan, malah ada potensi ekskalasi perang dagang, menekan risk appetite pelaku pasar untuk berinvestasi di aset keuangan beresiko tinggi seperti pasar saham.
Pergerakan IHSG searah dengan bursa saham acuan kawasan Asia yang juga kompak bergerak ke selatan. Indeks Nikkei anjlok 1,22%, indeks Hang Seng anjlok 1,2%, indeks Kospi terkoreksi 0,99%, indeks Straits Times terkoreksi 0,66%, dan indeks Shanghai melemah 0,32%.
Padahal pergelaran Pemilu Presiden AS dijadwalkan berlangsung pada November 2020.
"Saya tidak punya tenggat waktu, tidak. Bahkan, saya senang dengan ide menunggu sampai setelah Pemilu untuk mencapai kesepakatan dengan China. Namun mereka (China) ingin ada kesepakatan sekarang, jadi kita lihat saja," ungkap Trump kepada para jurnalis di London, seperti diberitakan Reuters.
![]() |
Dengan demikian besar kemungkinan friksi dagang kedua negara akan terus berlanjut dan tidak menutup kemungkinan Washington akan benar-benar memberlakukan tambahan bea masuk atas produk impor asal China senilai US$ 156 miliar pada pekan depan, 15 Desember 2019.
Jika tarif baru ini diberlakukan, maka amarah Negeri Tiongkok akan terpancing. Pasalnya, pihak Beijing sudah berulang kali menegaskan bahwa penghapusan tarif merupakan faktor kunci untuk mencapai kesepakatan dagang. Jadi pemberlakuan tarif baru menunjukkan bahwa AS tidak berniat rujuk dengan China.
Belum lagi Negeri Paman Sam diberitakan sedang mengkaji kemungkinan melarang Huawei (perusahaan telekomunikasi asal China) untuk terlibat dalam sistem keuangan Negeri Paman Sam.
Sumber di lingkaran pemerintah AS mengungkapkan, Huawei akan masuk ke daftar Specially Designated Nationals (SDN). Kebijakan ini kemungkinan diterapkan dalam beberapa bulan ke depan, tergantung perkembangan situasi.
Ketika seseorang atau korporasi berada di daftar SDN, maka asetnya akan dibekukan dan orang-orang di AS tidak boleh berurusan dengan mereka. Jika ini benar terjadi, maka Huawei akan berada di kelompok yang sama dengan para teroris, pengedar narkotika, atau pelaku perdagangan manusia.
Kekhawatiran bahwa damai dagang tidak dapat ditekan, malah ada potensi ekskalasi perang dagang, menekan risk appetite pelaku pasar untuk berinvestasi di aset keuangan beresiko tinggi seperti pasar saham.
Next Page
Risiko Perang Dagang Meluas
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular