Merana di November, Bagaimana Nasib Emas di Desember?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
03 December 2019 15:44
10 Tahun Terakhir, Emas Sering Melemah di bulan Desember
Foto: Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)
Berdasarkan data dari Refinitiv, dalam 10 tahun terakhir emas sering mengalami pelemahan di bulan Desember. Seperti disebutkan sebelumnya, membaiknya sentimen pelaku pasar yang tercermin dari penguatan bursa saham akan menekan harga emas. 

Di bulan Desember, bursa saham sering mengalami penguatan, hal ini terkait dengan aktivitas window dressing. Selain itu ada juga istilah Santa Rally, yang merupakan kenaikan bursa saham AS di bulan Desember. 

Pada periode 2009-2008, harga emas melemah sebanyak enam kali pada bulan Desember. Berbanding terbalik dengan emas, indeks S&P 500 mencatat penguatan sebanyak tujuh kali pada periode tersebut. 

Emas dan indeks S&P 500 cenderung bergerak berlawanan arah, tetapi sebanyak dua kali, yakni pada tahun 2010 dan 2015 keduanya bergerak searah. Pada Desember 2010 baik emas dan S&P 500 sama-sama mencatat penguatan, sebaliknya pada Desember 2015 keduanya mengalami pelemahan. 



Bagaimana nasib perang dagang AS-China akan sangat mempengaruhi harga emas di penghujung tahun ini. Kedua negara masih melakukan perundingan, tetapi sepertinya semakin alot. 

Global Times selaku media yang dimiliki oleh Partai Komunis China memberitakan bahwa prioritas utama dari Beijing adalah untuk mendorong AS menghapuskan bea masuk tambahan terhadap produk-produk impor asal China yang sudah dibebankan selama periode perang dagang kedua negara.

"Sumber-sumber yang mengetahui langsung jalannya negosiasi dagang AS-China memberitahu Global Times pada hari Sabtu (30/11/2019) bahwa AS harus menghapuskan bea masuk tambahan yang saat ini sudah dikenakan, bukan yang akan dikenakan, sebagai bagian dari kesepakatan (dagang tahap satu)," tulis pemberitaan Global Times, seperti dilansir dari CNBC International.

Selain itu, China juga geram AS ikut campur masalah Hong Kong. Pada pekan lalu Presiden AS Donald Trump menandatangani Undang-Undang (UU) penegakan hak asasi manusia dan demokrasi Hong Kong

Terbaru Kongres AS dikabarkan akan membuat UU baru penegakan hak asasi manusia di Xinjiang. 

China dikatakan akan membalas dengan melarang para pembuat UU tersebut untuk datang ke China. Hal tersebut disampaikan oleh Hu Xijin, Pemimpin Redaksi tabloid Global Times. 



AS yang ikut campur masalah Hong Kong dan Xinjiang bisa jadi semakin memanaskan hubungan kedua negara, dan mengancam kesuksesan kesepakatan dagang. Untuk diketahui, sampai saat ini Presiden Trump masih berencana menaikkan bea masuk importasi dari China pada 15 Desember jika kedua negara gagal meneken kesepakatan dagang. 

Jika hal tersebut sampai terjadi, maka perang dagang bukannya berakhir malah akan tereskalasi, bursa saham berisiko rontok, dan emas memiliki peluang menguat. 

Sebaliknya jika pada akhirnya AS-China menandatangani kesepakatan dagang, bursa saham global berpeluang menguat lagi, dan emas berisiko mengulangi performa negatif di bulan Desember. 

TIM RISET CBNC INDONESIA (pap/pap)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular