OPEC+ Berpotensi Pangkas Produksi Lagi, Harga Minyak Mendidih

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
03 December 2019 10:40
OPEC+ dikabarkan akan meningkatkan pemangkasan minyak dan memperpanjang periode pemangkasan. Akibatnya harga minyak naik
Foto: Ilustrasi produksi minyak (REUTERS/Nick Oxford)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah global bergerak naik pada perdagangan pagi hari ini, Selasa (3/12/2019). Organisasi negara-negara pengekspor minyak (OPEC) dan aliansinya atau OPEC+ berpotensi memperpanjang periode pemangkasan guna menjaga pasokan minyak demi menekan penurunan harga.

Selasa (3/12/2019), harga minyak mentah kontrak Brent naik 0,33% ke US$ 61,12/barel. Harga minyak mentah acuan Amerika Serikat yaitu West Texas Intermediate (WTI) juga menguat 0,39% ke posisi US$ 56,18/barel.



OPEC dan aliansinya yang tergabung dalam OPEC+ akan melakukan pertemuan di Vienna pada 4 dan 5 Desember nanti. Di hari Kamis, para menteri negara-negara anggota OPEC dijadwalkan bertemu. Sementara itu, di hari Jumat pertemuan yang lebih besar dengan aliansi akan berlangsung.

Dalam pertemuan tersebut, OPEC+ akan kembali membahas kebijakan produksi minyak untuk ke depan. Menurut sumber yang diberitakan Reuters, OPEC+ akan mendiskusikan rencana untuk meningkatkan pemangkasan produksi minyak sebanyak 400.000 barel per hari.

Tak hanya itu, OPEC+ juga berencana untuk memperpanjang periode pemangkasan hingga tahun depan. Sebelumnya OPEC+ sepakat untuk memangkas produksi minyak 1,2 juta bpd (barel per hari). Target tersebut kemudian diperpanjang hingga Maret 2020 saat pertemuan digelar Juni lalu.


Saat ini Arab Saudi memiliki agenda pencatatan saham perdana IPO) BUMN migas miliknya yaitu Saudi Aramco. Saudi terus berupaya untuk membuat kebijakan yang dapat memberikan sentimen positif untuk pasar.

Dari sisi permintaan, harga minyak digerakkan oleh kondisi ekonomi global. Saat kondisi ekonomi sedang tidak kondusif seperti sekarang ini muncul kekhawatiran permintaan minyak akan melambat.

Saat ini ekonomi global diramal tumbuh melambat, akibat kisruh dagang yang terjadi antara AS dan China dalam kurun waktu 17 bulan terakhir. Perang dagang yang terjadi telah membuat volume perdagangan global terkontraksi.

Belum juga selesai dengan China, Presiden AS Donald Trump sudah menebar ancaman ke Brazil dan Argentina. Trump menuduh dua negara Amerika Latin tersebut berbuat curang dengan mendevaluasi mata uang sehingga diuntungkan dalam perdagangan.

Trump berencana mengenakan bea masuk untuk produk baja dan aluminium dari kedua negara itu. Tak hanya berhenti di situ saja, AS tak segan kenakan kenaikan tarif hingga 100% untuk produk impor Perancis senilai lebih dari US$ 2 miliar, karena menganggap ada diskriminasi pajak untuk perusahaan teknologi AS seperti Google, Facebook dan Amazon.

Belakangan, AS juga diketahui sedang menyelidiki Australia, Italia dan Turki. Jika ketiganya melakukan kecurangan, Trump tak segan untuk melayangkan bea masuk. Hal ini perlu dicermati oleh pelaku pasar terutama sektor energi minyak mentah. Pasalnya jika konflik dagang semakin meluas, dampaknya bisa sangat mengerikan. 

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/tas) Next Article Disiram 2 Sentimen, Harga Minyak Dunia Mendidih Pagi Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular