
Selalu Perform di Desember, Mungkinkah IHSG Tembus 6.200?
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
03 December 2019 10:29

Ternyata, jika berkaca kepada sejarah, bulan Desember memang merupakan bulan yang bersahabat bagi pelaku pasar saham tanah air. Bahkan, bulan Desember bisa dikatakan sebagai bulan yang paling bersahabat jika dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya.
Bayangkan, dalam 18 tahun terakhir (2001-2018) tak sekalipun IHSG membukukan imbal hasil negatif secara bulanan pada bulan Desember. Capaian sebaik ini tak bisa didapati pada bulan-bulan lainnya.
Apresiasi terbaik IHSG pada bulan Desember terjadi pada tahun 2003. Per akhir Desember 2003, IHSG melejit hingga 12,12% jika dibandingkan dengan posisi per akhir November 2003.
Salah satu fenomena yang berperan besar dibalik performa IHSG yang baik di bulan Desember adalah Santa Claus rally. Melansir Investopedia, Santa Claus rally merupakan sebuah reli di pasar saham AS yang terjadi pada minggu terakhir bulan Desember hingga 2 hari perdagangan pertama di bulan Januari.
Ada beberapa penjelasan di balik fenomena ini seperti optimisme pelaku pasar dan investasi dari bonus musim liburan. Selain itu, ada juga teori yang mengatakan beberapa investor institusi besar yang cenderung lebih pesimis terhadap pasar saham sedang berlibur pada periode ini, sehingga pasar didominasi oleh investor ritel yang cenderung lebih optimistis.
Mengingat pasar saham AS merupakan kiblat dari pasar saham, bahkan pasar keuangan dunia, tentulah kinerja Wall Street yang positif di bulan Desember akan mendongkrak kinerja bursa saham tanah air.
Dalam 18 tahun terakhir, indeks S&P 500 yang merupakan indeks saham terbaik guna merepresentasikan pergerakan pasar saham AS hanya membukukan imbal hasil negatif secara bulanan di bulan Desember sebanyak enam kali.
Fenomena kedua yang juga berperan besar di balik performa IHSG yang baik di bulan Desember adalah window dressing. Melansir Investopedia, window dressing merupakan teknik yang dilakukan oleh para manajer investasi menjelang akhir kuartal dalam mempercantik performa produk investasi yang menjadi kelolaannya.
Di pasar saham, window dressing dilakukan dengan menjual saham-saham yang membebani kinerja produk investasi dan kemudian membeli saham-saham yang telah melesat sebelumnya. Saham-saham yang dibeli tersebut otomatis akan masuk ke dalam komposisi portofolio untuk kemudian dilaporkan kepada investor.
Dengan melihat kinerja IHSG di awal bulan yang begitu meyakinkan, ada peluang yang besar bahwa IHSG akan kembali mencetak apresiasi secara bulanan di bulan Desember.
Seperti yang sudah disebutkan di atas, jika dirata-rata IHSG membukukan imbal hasil sebesar 4,42% secara bulanan pada bulan Desember. Per akhir November 2019, IHSG berada di level 6.011,83. Dengan asumsi bahwa IHSG akan mencetak apresiasi sebesar 4,42% pada bulan ini (sesuai dengan rata-rata dalam 18 tahun terakhir), maka posisi IHSG di akhir tahun akan berada di level 6.277,55.
Memang, Wall Street mengawali bulan Desember dengan mengecewakan. Kemarin, indeks S&P 500 jatuh sebesar 0,86%, sementara indeks Dow Jones dan Nasdaq Composite yang juga merupakan indeks saham acuan di AS jatuh masing-masing sebesar 0,96% dan 1,12%.
Namun, pada tahun lalu IHSG sudah terbukti mampu ‘melawan’ koreksi yang begitu dalam yang terjadi di bursa saham AS. Pada Desember 2018, indeks S&P 500 tercatat ambruk sebesar 9,18% secara bulanan seiring dengan eskalasi perang dagang AS-China. Menariknya, pada periode yang sama IHSG justru menguat sebesar 2,28%.
Terbukti sudah bahwa Desember merupakan bulan yang sangat baik bagi pelaku pasar untuk melakukan aksi beli di pasar saham. Jika berkaca kepada sejarah, level psikologis 6.200 ada kemungkinan bisa ditembus pada bulan ini juga oleh IHSG.
TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/ank)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular