
Sisa Lelang SUN Dibatalkan, Pasar Obligasi Masih Tertekan
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
02 December 2019 08:39

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar obligasi pemerintah diprediksi masih dapat tertekan dan menurunkan harga di pasar karena adanya perubahan tren jangka pendek.
Maximilianus Nico Demus, Associate Director Research & Investment PT Pilarmas Investindo Sekuritas, menilai koreksi masih dapat terjadi di tengah sentimen negatif perang dagang Amerika Serikat (AS)-China menjelang rencana penaikan tarif impor tambahan pada 15 Desember.
Sentimen negatif diprediksi masih akan dominan di pasar meskipun pemerintah membatalkan dua sisa rencana lelang hingga akhir tahun, mengingat target pendanaan APBN tahun 2019 yang bersumber dari lelang penerbitan surat berharga negara (SBN) sudah terpenuhi.
Nico menilai karena tekanan negatif masih kuat tersebut, dia dan tim menyarankan investor dan trader obligasi rupiah pemerintah untuk melakukan aksi jual di pasar dengan volume kecil.
"Sejauh ini, secara jangka waktu menengah hingga panjang, pasar obligasi masih mengalami kenaikan secara harga, namun secara jangka waktu pendek, tampaknya pasar obligasi mulai mengalami perubahan tren," ujar Nico dan tim dalam risetnya hari ini (2/12/19).
Dalam pengumuman di akhir pekan lalu, pemerintah melalui Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) memastikan pembatalan sisa lelang rutin yang dijadwalkan Desember ini. Kedua lelang terdiri dari lelang surat utang negara (SUN) konvensional pada 3 Desember dan lelang surat berharga syariah negara (SBSN/sukuk negara) pada 10 Desember.
Dengan pembatalan lelang tersebut, otomatis suplai dari pasar primer tidak ada lagi sehingga pelaku pasar akan lebih mencari 'barang' di pasar sekunder yaitu dari transaksi pasar. Sehingga, normalnya jika tidak ada sentimen negatif yang terlampau besar seperti sekarang, tekanan beli lebih banyak terjadi dan berpotensi membuat harga di pasar lebih mudah naik.
Kenaikan harga dapat menurunkan tingkat imbal hasil (yield) dikarenakan pergerakan keduanya saling bertolak belakang di pasar.
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data DJPPR terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.069 triliun SBN, atau 38,68% dari total beredar Rp 2.764 berdasarkan data per 27 November.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 175,96 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. Sejak akhir pekan lalu, investor asing tercatat masuk ke pasar SUN senilai Rp 380 miliar, sedangkan sejak awal bulan masih surplus Rp 10,75 triliun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Maximilianus Nico Demus, Associate Director Research & Investment PT Pilarmas Investindo Sekuritas, menilai koreksi masih dapat terjadi di tengah sentimen negatif perang dagang Amerika Serikat (AS)-China menjelang rencana penaikan tarif impor tambahan pada 15 Desember.
Sentimen negatif diprediksi masih akan dominan di pasar meskipun pemerintah membatalkan dua sisa rencana lelang hingga akhir tahun, mengingat target pendanaan APBN tahun 2019 yang bersumber dari lelang penerbitan surat berharga negara (SBN) sudah terpenuhi.
"Sejauh ini, secara jangka waktu menengah hingga panjang, pasar obligasi masih mengalami kenaikan secara harga, namun secara jangka waktu pendek, tampaknya pasar obligasi mulai mengalami perubahan tren," ujar Nico dan tim dalam risetnya hari ini (2/12/19).
Dalam pengumuman di akhir pekan lalu, pemerintah melalui Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) memastikan pembatalan sisa lelang rutin yang dijadwalkan Desember ini. Kedua lelang terdiri dari lelang surat utang negara (SUN) konvensional pada 3 Desember dan lelang surat berharga syariah negara (SBSN/sukuk negara) pada 10 Desember.
Dengan pembatalan lelang tersebut, otomatis suplai dari pasar primer tidak ada lagi sehingga pelaku pasar akan lebih mencari 'barang' di pasar sekunder yaitu dari transaksi pasar. Sehingga, normalnya jika tidak ada sentimen negatif yang terlampau besar seperti sekarang, tekanan beli lebih banyak terjadi dan berpotensi membuat harga di pasar lebih mudah naik.
Kenaikan harga dapat menurunkan tingkat imbal hasil (yield) dikarenakan pergerakan keduanya saling bertolak belakang di pasar.
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data DJPPR terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.069 triliun SBN, atau 38,68% dari total beredar Rp 2.764 berdasarkan data per 27 November.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 175,96 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. Sejak akhir pekan lalu, investor asing tercatat masuk ke pasar SUN senilai Rp 380 miliar, sedangkan sejak awal bulan masih surplus Rp 10,75 triliun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Most Popular