Trading Euro Sedang Nggak Asik, Kenapa?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
29 November 2019 16:24
Volatilitas atau rentang pergerakan mata uang 19 negara ini ternyata berada di rekor terendah.
Ilustrasi Euro (REUTERS/Heinz-Peter Bader)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar euro tidak banyak bergerak melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (29/11/19) dan masih berada di dekat level terlemah satu bulan.

Pada pukul 16:10 WIB, euro diperdagangkan di level US$ 1,1009, menguat tipis 0,02% di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Euro yang tidak banyak bergerak membuatnya menjadi tidak menarik bagi para trader. Volatilitas atau rentang pergerakan mata uang 19 negara ini ternyata berada di rekor terendah. Volatilitas euro melawan dolar AS (EUR/USD) yang dihitung menggunakan harga opsi tiga bulan, turun ke level 4,27%, yang menjadi rekor terendah, sebagaimana dilansir Reuters.


Reuters juga mewartakan rendahnya volatilitas tersebut membuat para trader kecewa. Trader biasanya mengharapkan volatilitas yang tinggi untuk meraih profit yang besar.

Rendahnya volatilitas tersebut juga terlihat pada hari ini, hingga sore ini EUR/USD hanya bergerak di rentang US$ 1,1003 sampai 1,0013.



Upaya euro menguat pada hari ini tertahan setelah Jerman kembali mengirim sentimen negatif. Data yang dirilis hari ini menunjukkan penjualan ritel Jerman di bulan Oktober turun 1,9% month-on-month (MoM). Sementara bulan sebelumnya naik tipis 0,1%.

Perekonomian Negeri Panser memang sedang bermasalah, bahkan sempat terancam mengalami resesi. Perang dagang antara Amerika serikat (AS) dengan China membuat negara yang berorientasi ekspor ini terpukul. Tidak hanya Jerman, bahkan perekonomian zona euro, atau negara-negara yang menggunakan mata uang euro, juga ikut terpukul.

Memburuknya kondisi ekonomi zona euro membuat European Central Bank (ECB) memangkas suku bunga pada bulan September lalu, bahkan mengaktifkan kembali program pembelian aset (obligasi dan surat berharga) atau yang dikenal dengan Quantitative Easing (QE).

ECB kala itu memangkas suku bunga deposito (deposit facility) sebesar 10 basis poin (bps) menjadi -0,5%, sementara main refinancing facility tetap sebesar 0% dan suku bunga pinjaman (lending facility) juga tetap sebesar 0,25%.


Sementara QE dimulai pada 1 November lalu dengan nilai 20 miliar euro per bulan. Berdasarkan rilis ECB yang dilansir Reuters, QE kali ini tanpa batas waktu, artinya akan terus dilakukan selama dibutuhkan untuk memberikan stimulus bagi perekonomian zona euro.

Kebijakan ECB tersebut membuat pasar banjir likuiditas. Tidak hanya ECB banyak bank sentral di dunia menerapkan kebijakan moneter longgar, termasuk bank sentral AS. Melansir Reuters, banjir likuiditas di pasar tersebut menjadi penyebab rendahnya volatilitas euro.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap) Next Article Ekonomi AS Makin Terpuruk, Euro Berbalik Menguat 0,5%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular