Sempat Merah bisa IHSG Menguat 0,72%, Tapi Belum ke 6.000

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
29 November 2019 12:09
Perusahaan Asal China Bisa Terus Huni Daftar Hitam
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Selain dengan penghapusan bea masuk, kesepakatan dagang tahap satu AS-China diharapkan bisa mengerek laju perekonomian keduanya lantaran ada kemungkinan bahwa kesepakatan tersebut akan membuat AS melunak terhadap perusahaan-perusahaan asal China.

Pada Mei 2019, Trump mendeklarasikan kondisi darurat nasional di sektor teknologi melalui sebuah perintah eksekutif.  Dengan aturan itu, Menteri Perdagangan Wilbur Ross menjadi memiliki wewenang untuk memblokir transaksi dalam bidang teknologi informasi atau komunikasi yang menimbulkan risiko bagi keamanan nasional AS.

Bersamaan kebijakan ini, Huawei Technologies dan 68 entitas yang terafiliasi dengan Huawei Technologies dimasukkan ke dalam daftar perusahaan yang dilarang membeli perangkat dan komponen dari perusahaan AS tanpa persetujuan pemerintah.

Dalam keterangan resmi yang diperoleh CNBC Indonesia dari halaman Federal Register, pemerintah AS beralasan bahwa terdapat dasar yang cukup untuk mengambil kesimpulan bahwa Huawei telah terlibat dalam aktivitas-aktivitas yang bertentangan dengan keamanan nasional atau arah kebijakan luar negeri dari AS.

Bukan hanya keamanan nasional, Hak Asasi Manusia (HAM) juga dijadikan alasan oleh pihak AS untuk memblokir perusahaan asal China dalam upayanya untuk memenangkan perang dagang. Per tanggal 9 Oktober 2019, AS resmi memasukkan 28 entitas asal China ke dalam daftar hitam, di mana sebanyak delapan di antaranya merupakan perusahaan teknologi raksasa asal China.

Dimasukkan delapan perusahaan teknologi raksasa asal China tersebut membuat merekatak bisa melakukan bisnis dengan perusahaan asal AS tanpa adanya lisensi khusus. AS beralasan bahwa kedelapan perusahaan tersebut terlibat dalam pelanggaran HAM terhadap kaum Muslim di Xinjiang, China.

Jika kesepakatan dagang tahap satu justru gagal diteken, perusahaan-perusahaan asal China bisa terus ‘dihukum’ oleh AS. Pada akhirnya, lagi-lagi laju perekonomian dunia yang menjadi taruhannya.

Aksi jual yang sudah begitu kencang menerpa pasar saham tanah air dalam beberapa waktu terakhir menjadi faktor yang kini membuat pelaku pasar saham gencar melakukan aksi beli.

Dalam enam hari perdagangan sebelumnya, IHSG selalu mengakhiri hari di zona merah. Jika ditotal, koreksi IHSG dalam periode enam hari tersebut mencapai 3,28%.

Koreksi pasar saham tanah air yang sudah begitu dalam membuat pelaku pasar memandang bahwa valuasi dari saham-saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) menjadi relatif murah sehingga aksi beli pun kini dilakukan.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(ank/ank)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular