
IHSG Ambles ke di Bawah 6.000, Bisa ke 6.500 Akhir 2019?
Monica Wareza, CNBC Indonesia
28 November 2019 17:10

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah manajer investasi masih optimistis dengan pencapaian Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga akhir tahun nanti masih bisa mencapai target posisi 6.500, meski saat target ini dirasa masih cukup berat.
Direktur Utama PT Ciptadana Asset Management Paula Rianty mengatakan pasar masih cukup optimis untuk indeks bisa mencapai target 6.500. Aksi window dressing oleh investor asing menjadi salah satu hal yang ditunggu jelang akhir tahun ini yang dinilai bisa mengungkit pergerakan indeks saham dalam negeri.
"Akhir tahun [target masih] 6.500, sampai Desember ada window dressing, jadi masih sekitar di level 6.500. Masih banyak yang optimis, kebanyakan bullish. Tahun depan malah 7.100. Positif, kita masih optimis dengan market Indonesia," kata Paula di Gedung Bursa Efek Indonesia, kemarin, Rabu (27/11/2019).
Lebih lanjut, di kesempatan berbeda Chief Investment Officer Eastspring Indonesia Ari Pitojo mengatakan potensi rebound setelah mengalami pelemahan cukup dalam sejak awal tahun. Bahkan, indeks saham dalam negeri menjadi terlemah kedua setelah bursa saham Malaysia.
Menurut dia sampai akhir tahun ini indeks membutuhkan katalis yang lebih positif untuk menarik perhatian investor kembali mengguyur pasar dalam negeri. Salah satunya katalis yang ditunggu adalah kebijakan pemerintah yang berpihak pada pasar.
"Kalau diliat market kita terburuk kedua setelah Malaysia, jadi potensi rebound masih ada dalam waktu dekat. Katalis yang masih ditunggu biasanya kalau ada kebijakan baru pemerintah yang baik untuk pasar. Jadi potensi pasar ada, tapi butuh katalis," katanya di kawasan Senopati di hari yang sama.
Idealnya, jelas Ari, potensi pertumbuhan IHSG seharusnya berbanding lurus dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sehingga jika pertumbuhan ekonomi tak mencapai 5% pun, namun indeks tetap sejalan sudah cukup menggembirakan bagi pasar.
Untuk berjaga-jaga menunggu aksi window dressing jelang akhir tahun, investor dinilai lebih aman jika mulai mengakumulasi pembelian di saham-saham berkapitalisasi pasar besar. Sebab, saham-saham ini juga yang berkontribusi pada penurunan indeks.
"Ada potensi naik, ya minimal sama kaya GDP, kalau tidak naik juga taun depan bisa akumulasi. Ada potensi lah," katanya.
(hps/hps) Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham
Direktur Utama PT Ciptadana Asset Management Paula Rianty mengatakan pasar masih cukup optimis untuk indeks bisa mencapai target 6.500. Aksi window dressing oleh investor asing menjadi salah satu hal yang ditunggu jelang akhir tahun ini yang dinilai bisa mengungkit pergerakan indeks saham dalam negeri.
"Akhir tahun [target masih] 6.500, sampai Desember ada window dressing, jadi masih sekitar di level 6.500. Masih banyak yang optimis, kebanyakan bullish. Tahun depan malah 7.100. Positif, kita masih optimis dengan market Indonesia," kata Paula di Gedung Bursa Efek Indonesia, kemarin, Rabu (27/11/2019).
Lebih lanjut, di kesempatan berbeda Chief Investment Officer Eastspring Indonesia Ari Pitojo mengatakan potensi rebound setelah mengalami pelemahan cukup dalam sejak awal tahun. Bahkan, indeks saham dalam negeri menjadi terlemah kedua setelah bursa saham Malaysia.
"Kalau diliat market kita terburuk kedua setelah Malaysia, jadi potensi rebound masih ada dalam waktu dekat. Katalis yang masih ditunggu biasanya kalau ada kebijakan baru pemerintah yang baik untuk pasar. Jadi potensi pasar ada, tapi butuh katalis," katanya di kawasan Senopati di hari yang sama.
Idealnya, jelas Ari, potensi pertumbuhan IHSG seharusnya berbanding lurus dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sehingga jika pertumbuhan ekonomi tak mencapai 5% pun, namun indeks tetap sejalan sudah cukup menggembirakan bagi pasar.
Untuk berjaga-jaga menunggu aksi window dressing jelang akhir tahun, investor dinilai lebih aman jika mulai mengakumulasi pembelian di saham-saham berkapitalisasi pasar besar. Sebab, saham-saham ini juga yang berkontribusi pada penurunan indeks.
"Ada potensi naik, ya minimal sama kaya GDP, kalau tidak naik juga taun depan bisa akumulasi. Ada potensi lah," katanya.
(hps/hps) Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham
Most Popular