
Koreksi 4 Hari Beruntun, Yuk Berburu Saham Murah
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
27 November 2019 13:07

Di lain pihak, penguatan IHSG besar kemungkinan juga ditopang oleh aksi bargain hunting karena saham-saham domestik dianggap cukup murah. Hal ini dikarenakan dalam 4 hari perdagangan sebelumnya, bursa saham acuan Tanah Air membukukan koreksi hingga 2,11%.
Akan tetapi, jika ditilik lebih seksama pergerakan IHSG sepanjang perdagangan sesi I hari ini, terlihat bahwa penguatan yang dicatatkan terkikis secara perlahan, sehingga masih terdapat resiko koreksi pada sesi II perdagangan.
Kepala Ekonom dan Riset Asia Pasifik di ING, Robert Carnell, menyampaikan dalam sebuah catatan bahwa pasar “tampaknya semakin terpikat” atas komentar positif Trump.
Namun dirinya juga memperingatkan bahwa besar kemungkinan isu yang signifikan belum terselesaikan mengingat hingga saat ini belum ada kesepakatan, hanya sebatas komentar positif.
“Fakta bahwa kita telah sering mendengar komentar positif, tetapi masih menunggu kesepakatan dagang dapat ditafsirkan bahwa masalah signifikan tetap ada,” ujar Cornell, dikutip dari CNBC International.
Pernyataan Cornell ada benarnya mengingat Trump sebelumnya menegaskan bahwa hasil damai dagang tidak dapat imbang karena harus mengutamakan kepentingan AS.
Trump menyoroti fakta bahwa pada Januari-September 2019, AS mengalami defisit US$ 263,19 miliar kala berdagang dengan China. Tahun lalu, AS juga tekor US$ 419,53 miliar.
Namun, keinginan Trump tersebut tentu bertentangan dengan China yang beberapa kali menegaskan bahwa asas saling menghormati dan kesetaraan merupakan hal penting agar kesepakatan dapat ditekan.
“Kami ingin mengupayakan kesepakatan fase pertama atas dasar saling meghormati dan kesetaraan,” ujar Xi kepada reporter di forum New Economy di Beijing, dikutip dari Reuters.
Oleh karena itu, ketidakpastian masih menyelimuti prospek damai dagang AS-China. Meski Trump bilang kesepakatan sudah dekat, tetapi kapan waktu penandatanganannya masih belum jelas. Selama belum ada kabar soal itu, berbagai berita dan spekulasi akan berdatangan dan menjadi sentimen penggerak pasar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/dwa)
Akan tetapi, jika ditilik lebih seksama pergerakan IHSG sepanjang perdagangan sesi I hari ini, terlihat bahwa penguatan yang dicatatkan terkikis secara perlahan, sehingga masih terdapat resiko koreksi pada sesi II perdagangan.
Kepala Ekonom dan Riset Asia Pasifik di ING, Robert Carnell, menyampaikan dalam sebuah catatan bahwa pasar “tampaknya semakin terpikat” atas komentar positif Trump.
Namun dirinya juga memperingatkan bahwa besar kemungkinan isu yang signifikan belum terselesaikan mengingat hingga saat ini belum ada kesepakatan, hanya sebatas komentar positif.
“Fakta bahwa kita telah sering mendengar komentar positif, tetapi masih menunggu kesepakatan dagang dapat ditafsirkan bahwa masalah signifikan tetap ada,” ujar Cornell, dikutip dari CNBC International.
Pernyataan Cornell ada benarnya mengingat Trump sebelumnya menegaskan bahwa hasil damai dagang tidak dapat imbang karena harus mengutamakan kepentingan AS.
Trump menyoroti fakta bahwa pada Januari-September 2019, AS mengalami defisit US$ 263,19 miliar kala berdagang dengan China. Tahun lalu, AS juga tekor US$ 419,53 miliar.
Namun, keinginan Trump tersebut tentu bertentangan dengan China yang beberapa kali menegaskan bahwa asas saling menghormati dan kesetaraan merupakan hal penting agar kesepakatan dapat ditekan.
“Kami ingin mengupayakan kesepakatan fase pertama atas dasar saling meghormati dan kesetaraan,” ujar Xi kepada reporter di forum New Economy di Beijing, dikutip dari Reuters.
Oleh karena itu, ketidakpastian masih menyelimuti prospek damai dagang AS-China. Meski Trump bilang kesepakatan sudah dekat, tetapi kapan waktu penandatanganannya masih belum jelas. Selama belum ada kabar soal itu, berbagai berita dan spekulasi akan berdatangan dan menjadi sentimen penggerak pasar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/dwa)
Pages
Most Popular