
Penyaluran Kredit Sektor Migas Rendah, Apa Kata Bos BNI?

Jakarta, CNBC Indonesia - Manajemen PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) menjelaskan alasan di balik rendahnya penyaluran kredit untuk sektor minyak dan gas bumi (migas) pada tahun ini di tengah penurunan harga komoditas energi baik minyak mentah dunia maupun batu bara.
"Era penyaluran kredit ke migas cukup tinggi di 2011-2014. [Kemudian kredit turun] karena harga minyak drop sehingga banyak debitur bermasalah, terutama sektor infrastruktur migas, kami lebih hati-hati," kata Direktur Utama BNI, Achmad Baiquni, dalam rapat dengan Komisi XI DPR, di Gedung DPR, Selasa (26/11/2019).
Selain alasan risiko dan kehati-hatian, dia menjelaskan alasan lain ialah belum terlalu pengalamannya BNI untuk sektor tersebut. "Belum terlalu pengalaman di migas, eksplorasi risikonya tinggi, kecuali eksploitasi. Saat ini kami tidak fokus ke sana. Pembiayaan migas lebih banyak ke Pertamina," katanya.
Tahun depan, BNI menargetkan laba bersihnya naik 15-17%. Kenaikan laba bersih ini didorong oleh kenaikan kredit yang bakal mencapai 11-13%.
Dalam data yang dipaparkan, Baiquni mengatakan, BNI menargetkan aset tumbuh 9-11% pada tahun depan. Sementara Dana Pihak Ketiga (DPK) bakal tumbuh 12-14%. Untuk rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) ditargetkan berada di 1,8-2% pada tahun depan.
Selain itu, pada 2020, ada sejumlah kebijakan strategis BNI, antara lain di sektor korporasi yakni meningkatkan bisnis korporasi yang fokus di sektor prioritas. Kemudian di sektor menengah ialah dengan mengembangkan bisnis menengah untuk meningkatkan kualitas kredit dan produktivitas.
Simak sepak terjang BNI setelah IPO 1996
(tas/tas) Next Article Saham BBNI Lagi Menarik Nih, Ini Dia Target Harganya