
Analisis
Duh! Aksi Jual Emas Mulai Muncul, Ini Potensi Penurunannya
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
25 November 2019 15:25

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia melemah pada perdagangan Senin (25/11/19) setelah mencatat penurunan mingguan pada pekan lalu. Pada pukul 15:16 WIB, emas diperdagangkan di level US$ 1.457,27/troy ons, melemah 0,33% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Tanda-tanda akan berlanjutnya pelemahan emas dunia pada hari ini sudah terlihat sejak perdagangan Jumat (22/11/19) pekan lalu.
Kala itu harga emas sedang merangkak naik, tetapi langsung berbalik melemah hingga akhir perdagangan. Ada dua hal yang menekan harga emas sejak hari Jumat, harapan akan kesepakatan dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China, dan data ekonomi AS yang membaik.
Harapan akan adanya kesepakatan dagang AS-China dalam waktu dekat menguat sejak akhir pekan lalu setelah CNBC International mewartakan Presiden AS Donald Trump mengatakan kesepakatan dagang dengan China "berpotensi sangat dekat".
"Pada dasarnya kita memiliki peluang yang sangat bagus untuk mencapai kesepakatan" kata Trump dalam acara Fox and Friends, sebagaimana dilansir CNBC International.
Sementara itu dari data ekonomi AS, pada Kamis pekan lalu, indeks aktivitas manufaktur wilayah Philadelphia dilaporkan naik menjadi 10,4 pada November, jauh lebih tinggi dari Oktober yaitu 5,6. Sehari setelahnya, Markit melaporkan indeks aktivitas manufaktur AS naik menjadi 52,2 di bulan ini, tertinggi dalam tujuh bulan terakhir.
Rilis data-data tersebut juga konsisten dengan isi notula rapat kebijakan moneter bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang menunjukkan The Fed kini lebih optimis menatap perekonomian AS dibandingkan beberapa pekan lalu.
Dalam notula tersebut juga menunjukkan keputusan The Fed memangkas suku bunga 25 basis poin (bps) menjadi 1,5-1,75% pada bulan Oktober tidak mendapat dukungan penuh dari anggota voting Federal Open Market Committee (FOMC). Sebanyak dua dari sepuluh anggota memilih suku bunga dipertahankan, sisanya memilih suku bunga di pangkas.
Bank sentral pimpinan Jerome Powell ini juga mengindikasikan tidak akan terburu-buru mengubah sikap mempertahankan suku bunga.
Perang dagang AS-China serta pemangkasan suku bunga The Fed merupakan dua faktor utama yang mendongkrak kenaikan harga emas di tahun ini hingga mencapai level tertinggi lebih dari enam tahun US$ 1.557/troy ons di awal September lalu.
Kini dengan potensi berakhirnya perang dagang serta suku bunga The Fed tidak lagi diturunkan, tentunya memunculkan aksi jual ke logam mulia ini.
Pada grafik harian emas yang disimbolkan XAU/USD kini bergerak di kisaran rerata pergerakan (Moving Average/MA) 125 hari (garis hijau). Jika hingga akhir perdagangan nanti emas berakhir di bawah MA 125, maka tekanan jual akan membesar. Emas juga sudah bergerak di bawah MA 8 hari (garis biru) tetapi masih di bawah MA 21 hari (garis merah).
Indikator rerata pergerakan konvergen dan divergen (MACD) bergerak mendatar tetapi sudah di wilayah negatif dalam waktu yang cukup lama. Indikator ini mengindikasikan momentum pelemahan emas mulai terkumpul.
Pada time frame 1 jam, emas bergerak di bawah MA 8, MA 21 tetapi di atas MA 125. Indikator stochastic bergerak turun dan berada wilayah jenuh jual (oversold).
Emas saat ini bergerak di dekat US$ 1.458/troy ons yang menjadi support (tahanan bawah) terdekat.
Jika mampu menembus konsisten di bawah level tersebut, emas berpeluang turun ke US$ 1.453/troy ons, atau lebih dalam lagi ke US$ 1.446/troy ons.
Support selanjutnya jika US$ 1.446/troy ons ditembus berada di level US$ 1.440/troy ons.
Sementara selama bertahan di atas US$ 1.458/troy ons, harga emas berpeluang menguat ke US$ 1.462 sampai US$ 1.465/troy ons, melihat indikator stochastic yang oversold. Penembusan di atas US$ 1.465/troy ons akan membuka peluang kenaikan menuju US$ 1.472/troy ons.
Outlook emas masih cenderung melemah selama di bawah US$ 1.480/troy ons.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Jangan Tunda, Yuk Mulai Investasi Emas
Tanda-tanda akan berlanjutnya pelemahan emas dunia pada hari ini sudah terlihat sejak perdagangan Jumat (22/11/19) pekan lalu.
Kala itu harga emas sedang merangkak naik, tetapi langsung berbalik melemah hingga akhir perdagangan. Ada dua hal yang menekan harga emas sejak hari Jumat, harapan akan kesepakatan dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China, dan data ekonomi AS yang membaik.
"Pada dasarnya kita memiliki peluang yang sangat bagus untuk mencapai kesepakatan" kata Trump dalam acara Fox and Friends, sebagaimana dilansir CNBC International.
Sementara itu dari data ekonomi AS, pada Kamis pekan lalu, indeks aktivitas manufaktur wilayah Philadelphia dilaporkan naik menjadi 10,4 pada November, jauh lebih tinggi dari Oktober yaitu 5,6. Sehari setelahnya, Markit melaporkan indeks aktivitas manufaktur AS naik menjadi 52,2 di bulan ini, tertinggi dalam tujuh bulan terakhir.
Rilis data-data tersebut juga konsisten dengan isi notula rapat kebijakan moneter bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang menunjukkan The Fed kini lebih optimis menatap perekonomian AS dibandingkan beberapa pekan lalu.
Dalam notula tersebut juga menunjukkan keputusan The Fed memangkas suku bunga 25 basis poin (bps) menjadi 1,5-1,75% pada bulan Oktober tidak mendapat dukungan penuh dari anggota voting Federal Open Market Committee (FOMC). Sebanyak dua dari sepuluh anggota memilih suku bunga dipertahankan, sisanya memilih suku bunga di pangkas.
Bank sentral pimpinan Jerome Powell ini juga mengindikasikan tidak akan terburu-buru mengubah sikap mempertahankan suku bunga.
Perang dagang AS-China serta pemangkasan suku bunga The Fed merupakan dua faktor utama yang mendongkrak kenaikan harga emas di tahun ini hingga mencapai level tertinggi lebih dari enam tahun US$ 1.557/troy ons di awal September lalu.
Kini dengan potensi berakhirnya perang dagang serta suku bunga The Fed tidak lagi diturunkan, tentunya memunculkan aksi jual ke logam mulia ini.
![]() Sumber: investing.com |
Pada grafik harian emas yang disimbolkan XAU/USD kini bergerak di kisaran rerata pergerakan (Moving Average/MA) 125 hari (garis hijau). Jika hingga akhir perdagangan nanti emas berakhir di bawah MA 125, maka tekanan jual akan membesar. Emas juga sudah bergerak di bawah MA 8 hari (garis biru) tetapi masih di bawah MA 21 hari (garis merah).
Indikator rerata pergerakan konvergen dan divergen (MACD) bergerak mendatar tetapi sudah di wilayah negatif dalam waktu yang cukup lama. Indikator ini mengindikasikan momentum pelemahan emas mulai terkumpul.
![]() Sumber: investing.com |
Pada time frame 1 jam, emas bergerak di bawah MA 8, MA 21 tetapi di atas MA 125. Indikator stochastic bergerak turun dan berada wilayah jenuh jual (oversold).
Emas saat ini bergerak di dekat US$ 1.458/troy ons yang menjadi support (tahanan bawah) terdekat.
Jika mampu menembus konsisten di bawah level tersebut, emas berpeluang turun ke US$ 1.453/troy ons, atau lebih dalam lagi ke US$ 1.446/troy ons.
Support selanjutnya jika US$ 1.446/troy ons ditembus berada di level US$ 1.440/troy ons.
Sementara selama bertahan di atas US$ 1.458/troy ons, harga emas berpeluang menguat ke US$ 1.462 sampai US$ 1.465/troy ons, melihat indikator stochastic yang oversold. Penembusan di atas US$ 1.465/troy ons akan membuka peluang kenaikan menuju US$ 1.472/troy ons.
Outlook emas masih cenderung melemah selama di bawah US$ 1.480/troy ons.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Jangan Tunda, Yuk Mulai Investasi Emas
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular