Laju Kredit Tertahan, Bisakah Ekonomi RI Tumbuh 5,1% di 2019?

Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
24 November 2019 15:15
Laju Kredit Tertahan, Bisakah Ekonomi RI Tumbuh 5,1% di 2019?
Foto: Ilustrasi gedung perkantoran di Jakarta (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Dalam press release Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pekan ini, Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan bahwa stabilitas sistem keuangan Indonesia masih terjaga, namun fungsi intermediasi perbankan menjadi perhatian.

Pasalnya, pertumbuhan kredit terus menunjukkan tren perlambatan. "Pertumbuhan kredit melambat dari 8,59% (YoY/year-on-year) pada Agustus 2019 menjadi 7,89% YoY pada September 2019," tulis press release RDG BI pada Kamis (21/11/2019).



Dari grafik di atas, terlihat bahwa pertumbuhan kredit industri perbankan Ibu Pertiwi menunjukkan tren penurunan setidaknya dalam delapan bulan terakhir. Bahkan laju pertumbuhan kredit bulan September 2019, jauh lebih rendah dari September tahun lalu, di mana kredit perbankan Tanah Air dapat tumbuh hingga 12,69% YoY.

Perry mengatakan bahwa kredit perbankan dipengaruhi oleh dua faktor, yakni dari sisi penawaran dan permintaan. Nah dari sisi penawaran semua faktor kondusif atau positif. Namun yang jadi masalah adalah dari sisi penawaran yang membuat kredit perbankan mengalami perlambatan dibandingkan bulan sebelumnya.

"Tentu saja kami sampaikan kredit belum meningkat pesat karena banyak didorong oleh belum kuatnya permintaan kredit dari sisi korporasi," ujar Perry di Gedung BI, Kamis (21/11/2019).

Merujuk laporan Statistik Perbankan Indonesia bulan Agustus 2019 yang dirilis oleh Otoritas Jasa Keuangan penggunaan kredit kepada pihak ketiga untuk kredit modal kerja tercatat turun, dari Rp 2.532 triliun pada Juli 2019 menjadi Rp 2.526 triliun pada Agustus 2019. Sedangkan untuk kredit investasi dan konsumsi masih menunjukkan pertambahan nilai.

[Gambas:Video CNBC]

Melihat kondisi tersebut, tentu timbul pertanyaan. Dapatkah pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh 5,1% di tahun ini?

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa perekonomian Indonesia hanya tumbuh sebesar 5,02% secara tahunan pada kuartal III-2019, di mana ini merupakan angka pertumbuhan ekonomi kuartalan terendah di tahun ini.

Pada kuartal I-2019 perekonomian Indonesia tercatat tumbuh sebesar 5,07% secara tahunan, diikuti pertumbuhan sebesar 5,05% secara tahunan pada kuartal II-2019.

Alhasil, untuk mencapai target pertumbuhan tahunan 5,1%, maka pada kuartal terakhir tahun ini laju pertumbuhan ekonomi Ibu Pertiwi harus tumbuh 5,26% secara tahunan. Angka yang terbilang sulit dicapai dengan situasi pertumbuhan ekonomi global yang masih melambat. Terlebih lagi mengingat dunia usaha menahan ekspansi.



Penurunan penyaluran kredit modal kerja secara tidak langsung mencerminkan bahwa korporasi menahan laju ekspansinya. Ketika ekspansi usaha tertahan, tentu roda perekonomian tidak dapat melaju maksimal.

Dunia usaha tampaknya menahan ekspansi mereka mengingat permitaan domestik cenderung lesu dan belum mengindikasikan pemulihan.

Sepanjang September tahun ini, penjualan ritel hanya dapat tumbuh 0,7% YoY. Melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 1,1% dan menjadi laju terlemah sejak Juni 2019.

Kemudian, BPS mencatat konsumsi rumah tangga tumbuh melambat dengan hanya tumbuh 5,01% YoY pada kuartal III-2019 dari sebelumnya tumbuh 5,17% YoY di kuartal II-2019. Ini menjadi laju terlemah sejak setahun lalu, tepatnya kuartal III-2018.

Perlambatan konsumsi rumah tangga terjadi hampir di seluruh aspek pengeluaran, terutama pakaian, alas kaki dan jasa perawatan.

Apabila demikian kenyataannya, bisakah realisasi ekonomi RI tumbuh 5,1% sepanjang tahun ini? Kita nantikan....

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular