
Rupiah Keok Lawan Dolar AS, tapi Bukan yang Terburuk di Asia

Headline di pekan ini tertuju pada hubungan AS dan China yang panas dingin. Berbagai kabar mengenai perundingan kesepakatan dagang kedua negara berseliweran yang membuat sentimen pelaku pasar membaik kemudian memburuk lagi, dampaknya rupiah menjadi naik turun.
Pada hari Selasa, Presiden AS Donald Trump mengatakan jika China tidak menandatangani kesepakatan dagang, maka bea masuk akan dinaikkan lagi.
"Jika kita tidak membuat kesepakatan dengan China, saya akan menaikkan bea masuk, bahkan lebih tinggi lagi" kata Trump sebagaimana dilansir CNBC International.
Sehari setelahnya Reuters melaporkan penandatanganan kesepakatan dagang tahap satu antara AS dan China dapat mundur hingga tahun 2020 lantaran China berusaha untuk mendapatkan penghapusan bea masuk yang lebih agresif dari AS.
Di sisi lain, dari pihak China menyatakan banyak orang menyakini kesepakatan dalam waktu dekat, tetapi Pemerintah Beijing juga sudah siap dengan skenario perang dagang berkepanjangan.
"Beberapa orang China percaya bahwa China dan AS dapat mencapai kesepakatan segera. China menginginkan kesepakatan tetapi siap untuk skenario terburuk, perang dagang yang berkepanjangan" kata Hu Xijin, editor tabloid China Global Times yang terafiliasi dengan pemerintah, melalui Twitter, Rabu (20/11/19).
Di hari Kamis kabar bagus berhembus, China dikabarkan ingin bertemu langsung dengan AS, tidak hanya via telepon. Wall Street Journal yang mengutip dari sumber terkait mengatakan Wakil Perdana Menteri China, Liu He, sudah mengundang para negosiator AS untuk mengadakan perundingan face-to-face Beijing.
"China akan berusaha mencapai kesepakatan perdagangan awal dengan AS karena kedua belah pihak menjaga saluran komunikasi tetap terbuka" kata Kementerian Perdagangan China, sebagaimana dilansir CNBC International.