Analisis

Loyo Lagi, Bisakah Rupiah Tersuruk Lewati Rp 14.100/Dolar AS?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
22 November 2019 13:38
Loyo Lagi, Bisakah Rupiah Tersuruk Lewati Rp 14.100/Dolar AS?
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah kembali melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) hingga pertengahan perdagangan Jumat (22/11/19). Padahal Kamis kemarin, rupiah mampu memukul balik dolar di akhir perdagangan, sekaligus menghentikan rentetan pelemahan dalam tiga hari beruntun.

Rupiah mengawali perdagangan hari ini dengan stagnan di level Rp 14.080/US$. Tetapi selepas itu langsung masuk ke zona merah, dan terus melemah hingga 0,18% dan menyentuh level Rp 14.105/US$.

Kabar baik dari China belum mampu mengangkat performa rupiah pada perdagangan hari ini, angin lebih memihak ke dolar AS. China dikabarkan ingin bertemu langsung dengan AS, tidak hanya via telepon.



"China akan berusaha mencapai kesepakatan perdagangan awal dengan AS karena kedua belah pihak menjaga saluran komunikasi tetap terbuka" kata Kementerian Perdagangan China, sebagaimana dilansir CNBC International.

Sementara itu Wall Street Journal yang mengutip dari sumber terkait mengatakan Beijing sudah mengundang para negosiator AS untuk mengadakan perundingan face-to-face.

Harapan akan adanya penandatangan kesepakatan dagang AS-China sebelum 15 Desember kembali muncul setelah sebelumnya sempat meredup. Tetapi dolar AS sepertinya yang lebih diuntungkan kali ini. Hal tersebut tidak lepas dari rilis data ekonomi Paman Sam yang membaik, serta notula kebijakan moneter bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).

Indeks aktivitas manufaktur wilayah Philadelphia dilaporkan naik menjadi 10,4 di bulan ini, jauh lebih tinggi dari bulan Oktober lalu sebesar 5,6. Data tersebut tentunya mendukung sikap The Fed yang melihat kondisi ekonomi saat ini lebih baik di bandingkan beberapa pekan lalu. Sikap tersebut tertuang dalam notula The Fed yang dirilis Kamis dini hari lalu.



Dalam notula tersebut juga menunjukkan keputusan The Fed memangkas suku bunga 25 basis poin (bps) menjadi 1,5-1,75% pada bulan Oktober tidak mendapat dukungan penuh dari anggota voting Federal Open Market Committee (FOMC). Sebanyak dua dari sepuluh anggota memilih suku bunga dipertahankan, sisanya memilih suku bunga di pangkas.

Bank sentral pimpinan Jerome Powell ini juga mengindikasikan tidak terburu-buru mengubah sikap mempertahankan suku bunga. Dengan rilis data ekonomi yang membaik, serta masih adanya peluang kesepakatan dagang AS-China, dolar AS pun bisa perkasa.


Rupiah Loyo Lagi, Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Sumber: investing.com


Melihat grafik harian, rupiah yang disimbolkan dengan USD/IDR bergerak di atas rerata pergerakan (moving average/MA) 5 hari (garis biru) dan MA20/rerata 20 hari (garis merah).

Indikator rerata pergerakan konvergen dan divergen (MACD) mulai bergerak naik meski masih di zona negatif, histogramnya sudah masuk ke wilayah positif. Indikator ini mengindikasikan rupiah mulai mendapat tekanan untuk jangka menengah.

Rupiah Loyo Lagi, Grafik: Rupiah (USD/IDR) 1 Jam
Foto: investing.com


Pada time frame 1 jam, rupiah bergerak di kisaran MA 5 (rerata pergerakan 5 jam/garis biru), dan MA 20 (rerata pergerakan 20 jam/garis merah). Indikator stochastic bergerak naik dan sudah menjauhi wilayah jenuh jual (oversold).

Rupiah kini bergerak di atas Rp 14.090/US$ yang menjadi support (tahanan bawah) terdekat. Selama tertahan di atas level tersebut, rupiah berpeluang melemah ke Rp 14.110/US$. Jika level tersebut terlewati, pelemahan rupiah akan semakin dalam menuju Rp 14.130/US$. 

Sementara itu jika mampu menembus ke bawah Rp 14.090, rupiah berpotensi memangkas pelemahan bahkan menguat menuju Rp 14.070/US$.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular