
Kabar Baik Dari China Bikin Kurs Dolar Australia Ceria
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
22 November 2019 12:44

Jakarta, CNBC Indonesia Nilai tukar dolar Australia menguat melawan rupiah pada perdagangan Jumat (22/11/19) setelah melemah dalam dua hari beruntun.
Pada pukul 11:30 WIB, 1 dolar Australia setara dengan Rp 9.568,26. Dolar Australia menguat 0,17% di pasar spot, berdasarkan data Refinitiv. Sementara dalam dua hari terakhir, mata uang Kanguru ini melemah 0,3% dan 0,34%.
Penguatan di pasar spot juga berdampak pada kurs jual beli di dalam negeri. Berikut beberapa kurs jual beli dolar Australia yang diambil dari situs resmi beberapa bank pada pukul 11:40 WIB.
Kabar baik dari China akhirnya mampu mengangkat kinerja dolar Australia. China dikabarkan ingin bertemu langsung dengan AS, tidak hanya via telepon.
"China akan berusaha mencapai kesepakatan perdagangan awal dengan AS karena kedua belah pihak menjaga saluran komunikasi tetap terbuka" kata Kementerian Perdagangan China, sebagaimana dilansir CNBC International.
Sementara itu Wall Street Journal yang mengutip dari sumber terkait mengatakan Beijing sudah mengundang para negosiator AS untuk mengadakan perundingan face-to-face.
Harapan akan adanya penandatangan kesepakatan dagang AS-China sebelum 15 Desember kembali muncul setelah sebelumnya sempat meredup.
Sebagai informasi, Presiden AS Donald Trump, akan menaikkan bea masuk produk China pada tanggal 15 Desember jika kedua negara tidak mencapai kesepakatan hingga batas waktu tersebut. Seandainya hal tersebut terjadi, perang dagang antara dua raksasa ekonomi dunia ini tentunya akan tereskalasi, dan Australia menjadi salah satu negara yang terkena dampak paling buruk.
China merupakan mitra dagang utama Australia. Pelambatan ekonomi yang terjadi di negeri Tiongkok akibat perang dagang turut menyeret turun pertumbuhan ekonomi Negeri Kanguru.
Dampaknya bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia) menurunkan suku bunga tiga kali sepanjang tahun ini, masing-masing 25 basis poin (bps) hingga ke level terendah sepanjang sejarah 0,75%.
Bahkan di bulan November lalu, RBA mempertimbangkan lagi untuk memangkas suku bunga. Hal tersebut tertuang dalam notula rapat kebijakan moneter yang dirilis Selasa kemarin.
Melansir news.com.au rilis notula RBA hari ini menunjukkan para anggota dewan mengakui ada alasan kuat untuk memangkas suku bunga pada 5 November lalu. Namun pada akhirnya RBA tetap mempertahankan suku bunganya di level 0,75%.
Akibat rilis tersebut, dolar Australia mengalami tekanan dalam dua hari terakhir, dan baru bisa bangkit di perdagangan terakhir pekan ini.
TIM RISET CNCB INDONESIA
(pap/pap) Next Article Tahun Lalu Jeblok 4%, Dolar Australia Turun Lagi di Awal 2022
Pada pukul 11:30 WIB, 1 dolar Australia setara dengan Rp 9.568,26. Dolar Australia menguat 0,17% di pasar spot, berdasarkan data Refinitiv. Sementara dalam dua hari terakhir, mata uang Kanguru ini melemah 0,3% dan 0,34%.
Penguatan di pasar spot juga berdampak pada kurs jual beli di dalam negeri. Berikut beberapa kurs jual beli dolar Australia yang diambil dari situs resmi beberapa bank pada pukul 11:40 WIB.
Bank | Kurs Beli | Kurs Jual |
Bank BNI | 9.533,00 | 9.604,00 |
Bank BRI | 9.484,48 | 9.660,40 |
Bank Mandiri | 9.550,00 | 9.590,00 |
Bank BTN | 9.472,00 | 9.675,00 |
Bank BCA | 9.555,43 | 9.585,43 |
CIMB Niaga | 9312,80 | 9.834,37 |
Kabar baik dari China akhirnya mampu mengangkat kinerja dolar Australia. China dikabarkan ingin bertemu langsung dengan AS, tidak hanya via telepon.
"China akan berusaha mencapai kesepakatan perdagangan awal dengan AS karena kedua belah pihak menjaga saluran komunikasi tetap terbuka" kata Kementerian Perdagangan China, sebagaimana dilansir CNBC International.
Sementara itu Wall Street Journal yang mengutip dari sumber terkait mengatakan Beijing sudah mengundang para negosiator AS untuk mengadakan perundingan face-to-face.
Harapan akan adanya penandatangan kesepakatan dagang AS-China sebelum 15 Desember kembali muncul setelah sebelumnya sempat meredup.
Sebagai informasi, Presiden AS Donald Trump, akan menaikkan bea masuk produk China pada tanggal 15 Desember jika kedua negara tidak mencapai kesepakatan hingga batas waktu tersebut. Seandainya hal tersebut terjadi, perang dagang antara dua raksasa ekonomi dunia ini tentunya akan tereskalasi, dan Australia menjadi salah satu negara yang terkena dampak paling buruk.
China merupakan mitra dagang utama Australia. Pelambatan ekonomi yang terjadi di negeri Tiongkok akibat perang dagang turut menyeret turun pertumbuhan ekonomi Negeri Kanguru.
Dampaknya bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia) menurunkan suku bunga tiga kali sepanjang tahun ini, masing-masing 25 basis poin (bps) hingga ke level terendah sepanjang sejarah 0,75%.
Bahkan di bulan November lalu, RBA mempertimbangkan lagi untuk memangkas suku bunga. Hal tersebut tertuang dalam notula rapat kebijakan moneter yang dirilis Selasa kemarin.
Melansir news.com.au rilis notula RBA hari ini menunjukkan para anggota dewan mengakui ada alasan kuat untuk memangkas suku bunga pada 5 November lalu. Namun pada akhirnya RBA tetap mempertahankan suku bunganya di level 0,75%.
Akibat rilis tersebut, dolar Australia mengalami tekanan dalam dua hari terakhir, dan baru bisa bangkit di perdagangan terakhir pekan ini.
TIM RISET CNCB INDONESIA
(pap/pap) Next Article Tahun Lalu Jeblok 4%, Dolar Australia Turun Lagi di Awal 2022
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular