Akankah Perry Warjiyo Effect Kembali Bikin Rupiah Perkasa?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
22 November 2019 07:27
Perry Warjiyo Effect Masih Terasa?
Ilustrasi Rupiah (REUTERS/Beawiharta)

Kemarin, rupiah menutup perdagangan pasar spot dengan apresiasi 0,07% terhadap dolar AS setelah hampir seharian melemah. Sepertinya pelaku pasar merespons positif hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) yang menahan suku bunga acuan di 5%. Meski suku bunga tetap, tetapi Gubernur Perry Warjiyo dan sejawat memutuskan untuk menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) sebesar 50 bps, berlaku mulai 2 Januari 2020.


Penurunan GWM tersebut diperkirakan mampu menambah likuiditas perbankan sebesar Rp 26 triliun. Likuiditas tersebut diharapkan mampu merangsang perbankan untuk lebih getol menyalurkan kredit.

Maklum, pertumbuhan kredit memang terus melambat. Pada September, penyaluran kredit hanya tumbuh 7,89% year-on-year (YoY) dan sepanjang 2019 diperkirakan cuma 8%.

Apabila penyaluran kredit semakin kencang, maka dampaknya adalah percepatan pertumbuhan ekonomi. Ada harapan pertumbuhan ekonomi 2020, seiring dengan pelonggaran GWM, bisa lebih baik dari 2019 yang oleh BI diperkirakan sebesar 5,1%.

Prospek perekonomian Indonesia yang lebih baik ini mampu memancing arus modal untuk datang. Pasokan 'darah' yang bertambah bakal membuat rupiah menguat. Sepertinya Perry Warjiyo effect tersebut masih akan terasa hari ini dan bisa saja membuat rupiah bertahan di zona hijau.



TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular