Duh! Harga Emas Dunia Melempem Sementara, Sabar...sabar

Irvin Avriano Arief & Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
22 November 2019 06:16
Duh! Harga Emas Dunia Melempem Sementara, Sabar...sabar
Foto: Karyawan menunjukkan emas batangan yang dijual di Butik Emas, Sarinah, Jakarta Pusat, Senin (17/9/2018). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia melemah pada perdagangan Kamis kemarin (21/11/19), setelah China dikabarkan mengundang Amerika Serikat (AS) untuk mengadakan perundingan secara langsung.

Pada pukul 20:57 WIB Kamis tadi malam, harga emas dunia melemah 0,11% ke level US$ 1.469,53/troy ons di pasar
spot, melansir data Refinitiv.

"China akan berusaha mencapai kesepakatan perdagangan awal dengan AS karena kedua belah pihak menjaga saluran komunikasi tetap terbuka," kata Kementerian Perdagangan China, sebagaimana dilansir
CNBC International.

Sementara itu
Wall Street Journal yang mengutip dari sumber terkait mengatakan Beijing sudah mengundang para negosiator AS untuk mengadakan perundingan face-to-face.



Sebelumnya kabar memanasnya hubungan AS-China sempat membuat harga emas menguat. Tetapi tidak lama, emas kembali melemah, hal tersebut dikatakan sebagai aksi wait and seedari para pelaku pasar, sehingga membuat pelemahan maupun penguatan emas belakangan ini tidak signifikan.

"Meski terjadi peningkatan tensi hubungan AS dengan China, pasar emas mengambil sikap wait and see. Sepertinya pelaku pasar sedikit lelah mendengar berita-berita mengenai perundingan dagang," kata analis ABN Amro, Georgette Boele.


Kabar memanasnya hubungan AS-China pada Rabu lalu seharusnya membuat emas bisa menguat, tetapi nyatanya malah melempem.

Selain menanti kejelasan kapan kesepakatan dagang AS-China, emas juga tertekan rilis notula rapat kebijakan moneter Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed).

Berdasarkan notula rapat kebijakan moneter yang dirilis dini hari tadi, keputusan memangkas suku bunga 25 basis poin (bps) menjadi 1,5-1,75% tidak mendapat dukungan penuh dari anggota voting Federal Open Market Committee (FOMC). Sebanyak dua dari 10 anggota memilih suku bunga dipertahankan, sisanya memilih suku bunga di pangkas.


Selain itu, The Fed juga terlihat lebih optimis menatap ekonomi AS dibandingkan beberapa pekan sebelumnya, sehingga tidak akan terburu-buru dalam merubah sikap menghentikan periode pemangkasan suku bunga.

The Fed di tahun ini sudah memangkas suku bunga sebanyak tiga kali, yang menjadi salah satu penyebab harga emas bisa melesat naik hingga ke level tertinggi lebih dari enam tahun US$ 1.557/troy ons di awal September lalu.

Ketika The Fed berhenti untuk memangkas suku bunga, maka emas kehilangan satu pijakan untuk terus melangkah maju, kini tinggal menanti perkembangan nasib kesepakatan dagang AS-China.

Harga emas investasi ritel kepingan acuan yang diproduksi PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau emas Antam masih stagnan di level Rp 702.000/gram pada perdagangan Kamis kemarin (21/11/2019), sama dengan Rabu lalu.

Pada perdagangan Rabu (20/11/), harga emas itu naik tipis dari posisi Rp 700.000/gram pada Selasa, seiring dengan kondisi global yang tak kondusif terutama hubungan AS-China sehingga membuat harga emas naik.

Meski stagnan Kamis kemarin, harga emas masih berada di atas level psikologis Rp 700.000/gram.

Data di situs logammulia milik Antam, Kamis kemarin (21/11/19) menunjukkan besaran harga emas kepingan 100 gram berada pada Rp 70,2 juta/batang, sama dengan Rabu.

Kenaikan tipis harga emas pada Rabu kemarin terjadi ketika hubungan politik dan ekonomi AS-China sedikit menghangat. Bahkan tensi tinggi AS-China ini mampu mengerek harga emas dunia.

Pada Rabu lalu, harga emas dunia di level US$ 1.471,15/troy ons, sementara hari sebelumnya berada di level US$ 1.472,28/troy ons.


TIM RISET CNBC INDONESIA


(tas/sef) Next Article Kalau AS-China Kompak, Jangan Berharap Emas Akan Menguat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular