Ngelangsa, IHSG Terus Terjebak di Zona Merah

Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
21 November 2019 12:35
Menanti Hasil RDG BI, Akankah Ada Kejutan?
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia yang berlangsung sejak kemarin (20/11/2019), pada pukul 14:30 WIB hari ini akan memaparkan hasilnya. Konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia memproyeksi bahwa Gubernur BI Perry Warjiyo dan kolega tidak akan lagi memangkas suku bunga acuan dan mempertahankannya di level 5%.

Hal ini mengingat dalamĀ empat RDG sebelumnya, bank sentral Tanah Air secara beruntun terus menurunkan BI 7-Days Reverse Repo Rate (BI7DRR), masing-masing 25 basis poin (bps), di mana ini menjadi penurunan paling agresif sejak 2016.

Oleh karena itu, wajar saja jika beberapa analis memperkirakan kali ini BI akan memilih untuk rehat sejenak sembari mencermati sejauh mana penurunan suku bunga acuan hingga 100 bps tersebut berdampak pada ekonomi Indonesia.

Terlebih lagi mengingat Ibu PErtiwi masih diuntungkan oleh tren penurunan suku bunga acuan global. Jadi walau BI7DRR sudah turun empat kali, tingkat imbal hasil di pasar keuangan Indonesia masih bisa bersaing.

Meskipun demikian, masih terdapat potensi BI akan menurunkan suku bunga acuannya lagi.

Pasalnya, kekhawatiran BI sejak tahun lalu soal defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) sepertinya sudah berkurang. Pada kuartal III-2019, defisit transaksi berjalan tercatat 2,66% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Membaik dibandingkan kuartal sebelumnya yang nyaris menyentuh 3% PDB.

Apalagi pada Oktober ada kabar baik yaitu neraca perdagangan membukukan surplus US$ 161,3 juta. Neraca dagang yang surplus bulan kemarin setidaknya membawa harapan CAD pada kuartal terakhir tahuni ini dapat membaik.

Adanya peluang bahwa CAD dapat ditekan memberi ruang bagi MH Thamrin untuk kembali melonggarkan kebijakan moneter alias menurunkan lagi suku bunga acuan.

Selain itu, pemerintah masih punya janji yang harus dipenuhi, yakni menggenjot pertumbuhan ekonomi. Pada kuartal III-2019, ekonomi Indonesia 'hanya' tumbuh 5,02%. Laju terlemah sejak kuartal II-2017.

Belum lagi, rilis data ekonomi terkait permintaan domestik, seperti penjualan ritel, penjualan kendaraan bermotor, dan laju impor, semuanya masih bergerak ke selatan atau dengan kata lain membukukan pertumbuhan negatif.

Dengan demikian, penurunan BI7DRR lebih lanjut diharapkan mampu membuat industri perbankan menurunkan tingkat suku bunga kredit yang dapat mendongkrak konsumsi rumah tangga dan ekspansi dunia usaha. Alhasil, roda perekonomian Ibu Pertiwi dapat berputar lebih kencang.

TIM RISET CNBC INDONESIA (dwa/hps)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular