Dahsyat! Harga CPO Mau Tembus RM 2.700/Ton

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
21 November 2019 11:10
Harga CPO naik dipicu oleh naiknya harga minyak nabati lain, melemahnya ringgit serta kekhawatiran adanya risiko pada suplai.
Foto: Ilustrasi Kelapa Sawit (REUTERS/Luis Echeverria)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga komoditas minyak sawit mentah/crude palm oil (CPO) kembali reli. Kuatnya harga CPO dipicu oleh tiga sentimen utama yaitu pergerakan harga minyak nabati lain dan ringgit serta kekhawatiran adanya risiko pada suplai.

Pada 10.50 WIB hari ini Kamis (21/11/2019), harga CPO kontrak pengiriman 3 bulan di Bursa Malaysia Derivatif Exchange berada di RM 2.699/ton atau naik tipis 0,52% dibanding harga penutupan perdagangan kemarin. Kemarin (20/11/2019), harga CPO mencatatkan kenaikan 2,4%.



Penguatan harga CPO mengekor penguatan harga komoditas minyak nabati lain. Minyak sawit kontrak Dalian pengiriman Januari naik 0,9, disusul juga oleh naiknya minyak kedelai kontrak Dalian hingga 0,3%.

Sampai sejauh ini, risiko dari sisi suplai masih membayangi harga CPO sehingga belum mau beranjak dari RM 2.600/ton. Output minyak sawit diprediksikan turun akibat kekeringan yang melanda Indonesia dan Malaysia.

Dampak dari kekeringan dan kabut kebakaran hutan baru akan di rasa tahun depan ketika permintaan diprediksikan meningkat. Indonesia dan Malaysia sebagai produsen terbesar CPO akan semakin memperkuat pasar domestik melalui program B20 dan B30.

Program B30 yang akan mulai dilaksanakan di Indonesia tahun 2020. Malaysia baru akan memulai program B20 tahun depan.

Program campuran bahan bakar menggunakan campuran minyak nabati akan menggunakan campuran CPO sebagai Fatty Acid Methyl Esther (FAME) sebanyak 30% dan 70% minyak diesel biasa.

Mengutip Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), ekspor minyak sawit, biodiesel dan oleochemical Indonesia bulan September naik 13% menjadi 3,26 juta ton.

"Ekspor ke India naik tajam 51% pada September dibanding bulan sebelumnya" kata GAPKI, melansir Reuters. Ekspor pada Agustus tercatat sebesar 2,89 juta ton.

Sementara itu stok minyka sawit Indonesia turun 2% menjadi 3,73 juta ton hingga akhir September sejalan dengan penurunan produksi. Pengiriman minyak sawit dan minyak kernel bulan September naik hingga 18% menurut GAPKI.

Pelemahan ringgit terhadap dolar greenback juga mendukung naiknya harga komoditas ini. Ringgit yang melemah 0,19% terhadap dolar membuat harga CPO menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang asing. Hal ini berpotensi mendongkrak permintaan dan harga CPO.



TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Harga CPO Anjlok, tapi Masih Bisa Naik Kok!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular