Uji Nyali BI Jilid V: Injak Rem atau Tetap Tancap Gas?

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
20 November 2019 17:43
The Fed Sudah Selesai Pangkas Bunga Tahun Ini?
Foto: REUTERS/Aaron P. Bernstein

Guna memproyeksikan hasil pertemuan BI, tentu kita perlu memproyeksikan terlebih dahulu arah kebijakan The Federal Reserve (The Fed) selaku bank sentral AS. Maklum, AS merupakan kiblat perekonomian dunia sehingga arah kebijakan moneter di AS akan sangat menentukan arah kebijakan moneter di negara-negara lain.

Di sepanjang tahun 2019, The Fed telah memangkas tingkat suku bunga acuan sebanyak tiga kali, masing-masing sebesar 25 bps, yakni pada bulan Juli, September, dan Oktober. Jika ditotal, federal funds rate sudah dipangkas sebesar 75 bps oleh Jerome Powell (Gubernur The Fed) dan koleganya di bank sentral.

Perang dagang AS-China, perlambatan ekonomi global, dan inflasi yang rendah menjadi faktor yang membuat The Fed memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 75 bps tersebut.

Kini, pelaku pasar memproyeksikan bahwa tingkat suku bunga acuan tak akan lagi diutak-atik oleh The Fed hingga akhir tahun. Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak fed fund futures per 19 November 2019, probabilitas The Fed akan menahan fed fund futures di posisi saat ini (1,5%-1,75%) hingga akhir tahun mencapai 99,3%.

Untuk diketahui, memang The Fed sudah memberi sinyal yang kuat bahwa pihaknya akan cenderung mempertahankan tingkat suku bunga acuan di level saat ini.

Dalam pernyataan resminya pasca memangkas tingkat suku bunga acuan pada bulan lalu, The Fed menghilangkan suatu pernyataan yang sudah mereka gunakan sejak bulan Juni yakni pernyataan bahwa pihaknya berkomitmen untuk “bertindak sebagaimana diperlukan guna mempertahankan ekspansi (ekonomi)”.

The Fed kemudian mengganti pernyataan tersebut dengan pernyataan yang lebih defensif.

“Komite akan terus memonitor implikasi dari informasi-informasi di masa depan terhadap prospek perekonomian sembari melakukan penilaian terkait dengan besaran yang tepat mengenai rentang dari federal funds rate,” tulis The Fed dalam pernyataan resminya.

Kemudian dalam konferensi pers pasca memangkas tingkat suku bunga acuan pada bulan lalu, Powell mengatakan bahwa The Fed akan cenderung mempertahankan tingkat suku bunga acuan di level saat ini. Dirinya mengatakan bahwa pejabat-pejabat bank sentral memandang stance kebijakan moneter saat ini akan layak dipertahankan di masa depan.

Perubahan bahasa dalam pernyataan resmi The Fed, beserta dengan pernyataan yang dilontarkan Powell dalam konferensi pers, mengonfirmasi bahwa The Fed tak sedang memulai era pemangkasan tingkat suku bunga acuan yang agresif.

Dalam konferensi pers pasca mengumumkan pemangkasan tingkat suku bunga acuan pada bulan September, Powell melabeli pemangkasan tingkat suku bunga acuan pada bulan Juli dan September sebagai “penyesuaian di pertengahan siklus/midcycle adjustment” dan bukan sebagai strategi untuk mendorong tingkat suku bunga acuan lebih rendah lagi.

Namun, Tim Riset CNBC Indonesia tetap menilai bahwa The Fed memiliki ruang untuk memangkas tingkat suku bunga acuan di bulan Desember, dengan besaran 25 bps. Untuk diketahui, The Fed memiliki dua mandat yang ditetapkan oleh Kongres AS, yakni kestabilan harga (inflasi) dan tingkat penyerapan tenaga kerja yang maksimum.

Berbicara mengenai inflasi, saat ini tingkat inflasi AS berada di level yang rendah. Sebagai informasi, acuan yang digunakan oleh The Fed untuk mengukur tingkat inflasi adalah Core Personal Consumption Expenditures (PCE) price index.

Data teranyar, Core PCE price index tercatat tumbuh sebesar 1,7% secara tahunan pada September 2019, masih cukup jauh di bawah target The Fed yang sebesar 2%.

Kali terakhir Core PCE price index mencapai target The Fed adalah pada Desember 2018 silam kala pertumbuhannya adalah 2%, sama persis dengan target. Selepas itu, pertumbuhan Core PCE price index selalu berada di bawah angka 2%.



Sementara itu, jika kita berbicara mengenai pasar tenaga kerja, saat ini pasar tenaga kerja AS sebenarnya sedang berada dalam posisi yang relatif oke. Per September 2019, tingkat pengangguran di AS berada di level 3,5% yang merupakan level terendah dalam 50 tahun terakhir. Namun kemudian, terlihat ada tekanan di pasar tenaga kerja AS pada bulan oktober. Per Oktober 2019, tingkat pengangguran naik menjadi 3,6%.



Dengan memperhatikan dua indikator yang menjadi mandat dari The Fed, jelas bahwa ruang pemangkasan tingkat suku bunga acuan lebih lanjut masih terbuka, seiring dengan inflasi yang masih berada di bawah target dan adanya tekanan di pasar tenaga kerja.

Lebih lanjut, data ekonomi AS yang belakangan dirilis jelas menunjukkan bahwa negara dengan nilai perekonomian terbesar di dunia tersebut sedang dihadapkan pada tekanan yang signifikan.

Belum lama ini, Manufacturing PMI AS periode Oktober 2019 versi Institute for Supply Management (ISM) diumumkan di level 48,3, di bawah konsensus yang sebesar 49, seperti dilansir dari Forex Factory.

Sebagai informasi, angka di atas 50 berarti aktivitas manufaktur membukukan ekspansi jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, sementara angka di bawah 50 menunjukkan adanya kontraksi. Lantas, tiga bulan sudah aktivitas manufaktur di AS selalu terkontraksi.

Sebagai catatan, kontraksi yang terjadi pada bulan September merupakan kontraksi terburuk yang dibukukan oleh sektor manufaktur AS dalam satu dekade terakhir. Perang dagang dengan China terbukti telah sangat menyakiti perekonomian AS.

Jika dibiarkan berlanjut, lemahnya aktivitas manufaktur akan menekan perekonomian AS secara keseluruhan. Ketika ini yang terjadi, inflasi akan semakin sulit dipacu ke level 2%, sementara tingkat pengangguran akan semakin menanjak, yang berarti mandat dari The Fed menjadi semakin jauh dari dicapai.

Tim Riset CNBC Indonesia meyakini bahwa The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 25 bps pada bulan Desember, yang berarti BI memiliki ruang untuk memangkas tingkat suku bunga acuan terlebih dahulu pada hari ini.

(ank/hps)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular