
AS-China Panas Lagi, Rupiah Malu-Malu Sentuh Rp 14.100/US$
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
20 November 2019 16:28

Jakarta, CNBC Indonesia - Perundingan dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China yang memanas sejak awal pekan ini memberikan tekanan bagi rupiah. Hubungan kedua negara merenggang setelah CNBC International Selasa kemarin melaporkan Pemerintah China pesimis dengan kesepakatan dagang setelah Presiden AS Donald Trump menolak untuk menghapus bea masuk produk China.
Sumber tersebut juga mengatakan China kini mengamati dengan seksama situasi politik di AS, termasuk sidang pemakzulan dan pemilihan presiden 2020. Para pejabat China dikatakan mulai mempertimbangkan apakah lebih rasional untuk menunggu hingga semua urusan politik tersebut selesai akibat kemungkinan Trump tidak lagi menjabat sebagai presiden.
Di sisi lain dari AS, laporan terbaru menyebutkan dalam sidang Kabinet Selasa waktu setempat, Trump mengatakan akan menaikkan bea masuk jika China tidak menandatangani kesepakatan dagang.
"Jika kita tidak membuat kesepakatan dengan China, saya akan menaikkan bea masuk, bahkan lebih tinggi lagi" kata Trump sebagaimana dilansir CNBC International.
Sejauh ini, AS telah mengenakan bea masuk produk dari China senilai US$ 500 miliar, dan China membalas dengan menaikkan bea masuk terhadap produk made in USA senilai US$ 110 miliar.
Jika kedua belah pihak tidak mencapai kesepakatan dagang, Trump berencana akan menaikkan bea masuk lagi pada tanggal 15 Desember nanti.
Memanasnya hubungan AS-China bisa saja membawa rupiah melemah melewati level Rp 14.100/US$, tetapi investor masih wait and see menunggu dua hal, rilis notula rapat kebijakan moneter Bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) serta pengumuman suku bunga Bank Indonesia (BI).
Notula rapat kebijakan moneter The Fed bulan Oktober yang akan dirilis Kamis dini hari WIB. Notula tersebut berisi detail hasil rapat kebijakan saat The Fed memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 1,5-1,75%.
Saat itu ketua The Fed, Jerome Powell, mengatakan periode pemangkasan suku bunga sudah berakhir. Powell menambahkan The Fed hanya akan memangkas suku bunga lagi jika perekonomian AS memburuk.
Dalam notulen rapat biasanya terdapat pendapat-pendapat dari para anggota pembuat kebijakan atau yang dikenal dengan Federal Open Market Committee (FOMC). Investor akan melihat berapa banyak anggota FOMC yang mendukung pernyataan Powell, dan berapa anggota yang memberikan pendapat berbeda. Dengan demikian, gambaran apakah suku bunga di AS akan kembali dipangkas atau tidak akan semakin jelas.
Sementara itu BI akan mengumumkan suku bunga pada Kamis siang besok. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia menunjukkan BI diperkirakan akan menahan suku bunga acuan (7 Day Reverse Repo Rate) sebesar 5%.
Dua faktor tersebut akan membuat pergerakan rupiah melebar pada perdagangan Kamis besok.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
"Mood di Beijing mengenai kesepataan dagang saat ini pesimistis akibat keengganan Presiden Trump dalam menghapus bea masuk, dimana sebelumnya China percaya AS sudah sepakat akan panghapusan tersebut" kata sumber dari pemerintah China sebagaimana dikutip Eunice Yooh reporter CNBC International.
Sumber tersebut juga mengatakan China kini mengamati dengan seksama situasi politik di AS, termasuk sidang pemakzulan dan pemilihan presiden 2020. Para pejabat China dikatakan mulai mempertimbangkan apakah lebih rasional untuk menunggu hingga semua urusan politik tersebut selesai akibat kemungkinan Trump tidak lagi menjabat sebagai presiden.
Di sisi lain dari AS, laporan terbaru menyebutkan dalam sidang Kabinet Selasa waktu setempat, Trump mengatakan akan menaikkan bea masuk jika China tidak menandatangani kesepakatan dagang.
Sejauh ini, AS telah mengenakan bea masuk produk dari China senilai US$ 500 miliar, dan China membalas dengan menaikkan bea masuk terhadap produk made in USA senilai US$ 110 miliar.
Jika kedua belah pihak tidak mencapai kesepakatan dagang, Trump berencana akan menaikkan bea masuk lagi pada tanggal 15 Desember nanti.
Memanasnya hubungan AS-China bisa saja membawa rupiah melemah melewati level Rp 14.100/US$, tetapi investor masih wait and see menunggu dua hal, rilis notula rapat kebijakan moneter Bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) serta pengumuman suku bunga Bank Indonesia (BI).
Notula rapat kebijakan moneter The Fed bulan Oktober yang akan dirilis Kamis dini hari WIB. Notula tersebut berisi detail hasil rapat kebijakan saat The Fed memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 1,5-1,75%.
Saat itu ketua The Fed, Jerome Powell, mengatakan periode pemangkasan suku bunga sudah berakhir. Powell menambahkan The Fed hanya akan memangkas suku bunga lagi jika perekonomian AS memburuk.
Dalam notulen rapat biasanya terdapat pendapat-pendapat dari para anggota pembuat kebijakan atau yang dikenal dengan Federal Open Market Committee (FOMC). Investor akan melihat berapa banyak anggota FOMC yang mendukung pernyataan Powell, dan berapa anggota yang memberikan pendapat berbeda. Dengan demikian, gambaran apakah suku bunga di AS akan kembali dipangkas atau tidak akan semakin jelas.
Sementara itu BI akan mengumumkan suku bunga pada Kamis siang besok. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia menunjukkan BI diperkirakan akan menahan suku bunga acuan (7 Day Reverse Repo Rate) sebesar 5%.
Dua faktor tersebut akan membuat pergerakan rupiah melebar pada perdagangan Kamis besok.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular