
Kemarin Liar, Dolar Australia Kini Loyo Lagi terhadap Rupiah
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
20 November 2019 12:55

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia melemah melawan rupiah pada perdagangan Rabu (20/11/19) setelah mengalami pergerakan liar pada Selasa kemarin.
Pada pukul 12:11 WIB, dolar Australia melemah 0,1% ke level Rp 9,602,92/AU$ di pasar spot, melansir data Refinitiv. Pelemahan dolar Australia di pasar spot juga berdampak pada kurs jual beli di dalam negeri. Berikut beberapa kurs jual beli yang diambil dari situs resmi beberapa bank pada pukul 11:40 WIB.
Hubungan AS dan China dalam negosiasi kesepakatan dagang semakin panas di pekan ini menjadi kabar buruk bagi pasar finansial global. Merenggangnya AS-China mulai terlihat sejak CNBC International melaporkan Pemerintah China pesimistis dengan perundingan dagang setelah Presiden AS Donald Trump menolak menghapus bea masuk produk China.
Di sisi lain dari AS, laporan terbaru menyebutkan dalam sidang Kabinet Selasa waktu setempat, Trump mengatakan akan menaikkan bea masuk jika China tidak menandatangani kesepakatan dagang.
"Jika kita tidak membuat kesepakatan dengan China, saya akan menaikkan bea masuk, bahkan lebih tinggi lagi" kata Trump sebagaimana dilansir CNBC International.
Jika kedua belah pihak tidak mencapai kesepakatan dagang, Trump berencana akan menaikkan bea masuk lagi pada tanggal 15 Desember nanti.
Australia menjadi salah satu negara yang terkena dampak paling buruk dari perang dagang AS-China. Perang dagang kedua negara yang telah berlangsung selama 16 bulan membuat perekonomian AS, China, serta global melambat.
China merupakan mitra dagang utama Australia, pelambatan ekonomi yang dialami Negeri Tiongkok turut menyeret turun perekonomian Negeri Kanguru. Dampaknya bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia) menurunkan suku bunga tiga kali sepanjang tahun ini, masing-masing 25 basis poin (bps) hingga ke level terendah sepanjang sejarah 0,75%.
Bahkan di bulan November lalu, RBA mempertimbangkan lagi untuk memangkas suku bunga. Hal tersebut tertuang dalam notula rapat kebijakan moneter yang dirilis Selasa kemarin.
Melansir news.com.au rilis notula RBA hari ini menunjukkan para anggota dewan mengakui ada alasan kuat untuk memangkas suku bunga pada 5 November lalu. Namun pada akhirnya RBA tetap mempertahankan suku bunganya di level 0,75%.
Banyak faktor yang membuat RBA mempertimbangkan suku bunga kembali dipangkas, di antaranya penurunan penjualan ritel, belanja konsumen serta kenaikan upah yang lemah, dan inflasi serta produk domestik bruto (PDB) yang di bawah proyeksi.
Meski demikian, para anggota dewan sepakat untuk melihat dampak dari tiga kali pemangkasan suku bunga di tahun ini sebelum kembali mengambil keputusan apakah suku bunga akan kembali dipangkas atau dipertahankan.
Rilis tersebut membuat dolar Australia bergerak liar pada perdagangan Selasa, sempat melemah 0,38%, sebelum berbalik menguat 0,36%. Untuk diketahui, sepanjang tahun ini, atau secara year-to-date hingga Selasa kemarin, dolar Australia masih melemah lebih dari 5% melawan rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Tahun Lalu Jeblok 4%, Dolar Australia Turun Lagi di Awal 2022
Pada pukul 12:11 WIB, dolar Australia melemah 0,1% ke level Rp 9,602,92/AU$ di pasar spot, melansir data Refinitiv. Pelemahan dolar Australia di pasar spot juga berdampak pada kurs jual beli di dalam negeri. Berikut beberapa kurs jual beli yang diambil dari situs resmi beberapa bank pada pukul 11:40 WIB.
Bank | Kurs Beli | Kurs Jual |
BNI | 9.645,00 | 9.573,00 |
BCA | 9.595,61 | 9.625,61 |
Mandiri | 9.580,00 | 10380,00 |
BRI | 9.640,00 | 9.688,11 |
BTN | 9.452,00 | 9.657,00 |
Di sisi lain dari AS, laporan terbaru menyebutkan dalam sidang Kabinet Selasa waktu setempat, Trump mengatakan akan menaikkan bea masuk jika China tidak menandatangani kesepakatan dagang.
"Jika kita tidak membuat kesepakatan dengan China, saya akan menaikkan bea masuk, bahkan lebih tinggi lagi" kata Trump sebagaimana dilansir CNBC International.
Jika kedua belah pihak tidak mencapai kesepakatan dagang, Trump berencana akan menaikkan bea masuk lagi pada tanggal 15 Desember nanti.
Australia menjadi salah satu negara yang terkena dampak paling buruk dari perang dagang AS-China. Perang dagang kedua negara yang telah berlangsung selama 16 bulan membuat perekonomian AS, China, serta global melambat.
China merupakan mitra dagang utama Australia, pelambatan ekonomi yang dialami Negeri Tiongkok turut menyeret turun perekonomian Negeri Kanguru. Dampaknya bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia) menurunkan suku bunga tiga kali sepanjang tahun ini, masing-masing 25 basis poin (bps) hingga ke level terendah sepanjang sejarah 0,75%.
Bahkan di bulan November lalu, RBA mempertimbangkan lagi untuk memangkas suku bunga. Hal tersebut tertuang dalam notula rapat kebijakan moneter yang dirilis Selasa kemarin.
Melansir news.com.au rilis notula RBA hari ini menunjukkan para anggota dewan mengakui ada alasan kuat untuk memangkas suku bunga pada 5 November lalu. Namun pada akhirnya RBA tetap mempertahankan suku bunganya di level 0,75%.
Banyak faktor yang membuat RBA mempertimbangkan suku bunga kembali dipangkas, di antaranya penurunan penjualan ritel, belanja konsumen serta kenaikan upah yang lemah, dan inflasi serta produk domestik bruto (PDB) yang di bawah proyeksi.
Meski demikian, para anggota dewan sepakat untuk melihat dampak dari tiga kali pemangkasan suku bunga di tahun ini sebelum kembali mengambil keputusan apakah suku bunga akan kembali dipangkas atau dipertahankan.
Rilis tersebut membuat dolar Australia bergerak liar pada perdagangan Selasa, sempat melemah 0,38%, sebelum berbalik menguat 0,36%. Untuk diketahui, sepanjang tahun ini, atau secara year-to-date hingga Selasa kemarin, dolar Australia masih melemah lebih dari 5% melawan rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Tahun Lalu Jeblok 4%, Dolar Australia Turun Lagi di Awal 2022
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular