Diobral Lagi, Saham Bank Artos Nyungsep 23%

Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
20 November 2019 11:04
Setelah suspensi dibuka harga saham ARTO bergerak liar setiap harinya, dengan mayoritas mencatatkan kenaikan atau pun penurunan dua digit.
Foto: Bank Artos (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham PT Bank Artos Indonesia Tbk (ARTO) kembali nyungsep pada perdagangan pagi ini, Rabu (20/11/2019). Pergerakan liar saham yang baru diakuisisi Jerry Ng dan Patrick Walujo ini menjadi perhatian pelaku pasar karena kenaikan dan koreksi harga berlangsung dalam rentang yang sangat lebar.

Pagi ini, data BEI mencatat, harga saham berkode ARTO terkoreksi 23,51% ke level Rp 2.180/saham dengan volume perdagangan saham tercatat 77,1 ribu saham senilai Rp 172,93 juta. Artinya tidak didukung dengan nilai transaksi yang besar.

Pada 6 November 2019, BEI baru membuka kembali perdagangan saham ARTO, baik di pasar reguler dan pasar tunai setelah sebelumnya dihentikan sementara perdagangannya (suspensi) pada 8 Oktober 2019.

Setelah suspensi dibuka harga saham ARTO bergerak liar setiap harinya, dengan mayoritas mencatatkan kenaikan atau pun penurunan dua digit.


Sebagai informasi, pergerakan liar saham ARTO dipicu oleh pemberitaan bahwa perusahaan akan menjadi bank yang menangani transaksi Gojek alias GoBank.

Namun manajemen perseroan sempat mengatakan belum pernah melakukan komunikasi terkait isu akan menjadi GoBank. Bank Artos juga belum pernah berkomunikasi dengan ekosistem manapun, termasuk Gojek.

Lebih lanjut, dengan harga saham perusahaan yang terus melesat, di mana sepanjang tahun berjalan meroket 1079%.

Sudah naik tinggi, apakah harga sahamnya tergolong mahal atau masih murah?

Salah satu metode yang umum digunakan analis untuk melihat apakah harga saham suatu emiten terbilang mahal atau murah adalah dengan menggunakan price to earning ratio (PER) dan price to book value (PBV).

Akan tetapi, berhubung rilis laporan keuangan terbaru ARTO, yakni per 30 September 2019 mencatatkan rugi bersih Rp 19,09 miliar, maka penggunaan PER tidak lagi representatif.

Oleh karena itu metode yang dapat digunakan adalah PBV yang dihitung dengan membagi harga saham dengan nilai buku ekuitas perusahaan.

Dengan asumsi harga saham Rp 3.130/saham dan nilai buku per saham Rp 80,09/saham, maka PBV saham ARTO sebesar 39,09 kali. Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan rerata PBV saham emiten keuangan yang hanya 2,38 kali, melansir laporan statistik BEI bulan Oktober.

Dengan nilai PBV yang jauh di atas rerata industri, dapat dikatakan harga saham ARTO cukup mahal.
(hps/tas) Next Article Diakuisisi Jerry Ng Cs, Saham Bank Artos Melesat 154%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular