
Internasional
Goreng Terus! Trump Ancam China, Naikan Tarif Kalau Mbalelo
Sefti Oktarianisa, CNBC Indonesia
20 November 2019 07:10

Jakarta, CNBC Indonesia - Sepertinya perdamaian perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China masih buntu. Mungkin karena itu pula, dalam rapat kabinet di Gedung Putih, Trump kembali mengeluarkan ancaman pada China.
"Jika kita tidak membuat kesepakatan dengan China, saya akan menaikkan tarif bahkan lebih tinggi," katanya di depan para pejabat AS, sebagaimana dikutip dari Reuters, Rabu (20/11/2019).
Meski menekankan hubungannya dengan China masih mesra, ia kembali mengatakan bisa berbuat apa saja yang ia suka. Apalagi jika China tidak setuju dengan poin kesepakatan yang ia mau.
"China harus membuat kesepakatan yang saya suka," kutip Reuters lagi menirukan presiden kontroversial ini.
Ancaman dan serangan terbuka Trump terhadap China bukan yang pertama di saat pembicaraan perdamaian terus dilakukan kedua negara. Sebelumnya AS dan China, sudah mulai berdialog soal kesepakatan dagang sejak Oktober.
Dalam pernyataan yang dibuatnya di Economic Club of New York pekan lalu, Trump tak segan menyebut China curang.
"Aku tidak akan mengatakan kata "curang". tapi tidak ada yang lebih curang dari China," katanya dilansir dari AFP.
Menurutnya selama ini tindakan curang China telah membuat AS rugi besar, terutama bagi petani dan pekerja manufaktur negara itu.
Sementara itu, mengutip sumber CNBC International, mood Beijing kini tidak bagus terkait perjanjian damai perang dagang.
Presiden Xi Jinping dikabarkan pesimis dengan Trump akan menghapus semua tarif, seperti yang diminta China.
"Mood Beijing terkait deal dagang sangat pesimis. China kecewa setelah Trump mengatakan tidak ada tarif yang ditarik," tulis reporter CNBC International Eunice Yoo.
"Strategi sekarang adalah menunggu proses pemakzulan (impeachment), (dan) pemilu AS."
Perang dagang sudah terjadi sekitar 18 bulan. Keduanya saling balas menaikkan tarif impor untuk barang-barang masing-masing.
Selama itu pula maju mundurnya hubungan Beijing dan Washington mempengaruhi pasar keuangan dan membuat ketidakstabilan global. Ujung-ujungnya, perang dagang ini membuat ekonomi dunia melambat.
Dana Moneter Internasional (IMF) menyebutkan perlambatan terjadi hampir di 90% kawasan di dunia. IMF pun memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global di 2019 menjadi 3% di Oktober lalu, dari sebelumnya 3,3% di April dan 3,5% di Januari.
Sebagaimana dikabarkan sebelumnya, setidaknya ada 2 hal yang menjadi sumber kebuntuan pembicaraan dagang antara AS dan China. Pertama, soal pembatalan semua tarif yang diberlakukan AS untuk semua barang China.
"Perang dagang dimulai dengan penambahan tarif dan harus diakhiri dengan pembatalan tarif-tarif ini." kata Juru Bicara Kementerian Perdagangan China Gao Feng.
"Jika kedua belah pihak mencapai kata sepakat pada perjanjian fase satu, tingkat pengembalian tarif sepenuhnya akan mencerminkan kesepakatan fase pertama ini."
Pernyataan Gao ini menjawab Trump soal belum adanya keinginan AS untuk membatalkan tarif yang ditetapkan di Desember 2019 pada US$ 160 miliar barang China. Aturan ini akan dikenakan pada barang-barang seperti ponsel, komputer laptop, dan mainan.
Dalam pembicaraan Oktober itu, AS-China hanya setuju menghapus kenaikan tarif yang berlaku Oktober lalu. Dalam setiap wawancara dengan media, China terus menegaskan keinginan agar tarif Desember juga segera dicabut.
Kedua, sebagai mana ditulis Wall Street Journal, Beijing dikabarkan menolak upaya Washington untuk mengekang perkembangan teknologi negeri tirai bambu. Sebelumnya, AS menyerang perusahaan teknologi China dengan narasi, upaya spionase ke AS.
China juga dikabarkan gamang membeli produk pertanian AS. Oktober lalu, Presiden AS Donald Trump sesumbar China akan membeli barang pertanian AS hingga US$ 50 miliar.
(sef/sef) Next Article Babak Baru Perang Dagang, AS dan China Resmi Mulai Negosiasi
"Jika kita tidak membuat kesepakatan dengan China, saya akan menaikkan tarif bahkan lebih tinggi," katanya di depan para pejabat AS, sebagaimana dikutip dari Reuters, Rabu (20/11/2019).
Meski menekankan hubungannya dengan China masih mesra, ia kembali mengatakan bisa berbuat apa saja yang ia suka. Apalagi jika China tidak setuju dengan poin kesepakatan yang ia mau.
Ancaman dan serangan terbuka Trump terhadap China bukan yang pertama di saat pembicaraan perdamaian terus dilakukan kedua negara. Sebelumnya AS dan China, sudah mulai berdialog soal kesepakatan dagang sejak Oktober.
Dalam pernyataan yang dibuatnya di Economic Club of New York pekan lalu, Trump tak segan menyebut China curang.
"Aku tidak akan mengatakan kata "curang". tapi tidak ada yang lebih curang dari China," katanya dilansir dari AFP.
Menurutnya selama ini tindakan curang China telah membuat AS rugi besar, terutama bagi petani dan pekerja manufaktur negara itu.
Sementara itu, mengutip sumber CNBC International, mood Beijing kini tidak bagus terkait perjanjian damai perang dagang.
Presiden Xi Jinping dikabarkan pesimis dengan Trump akan menghapus semua tarif, seperti yang diminta China.
"Mood Beijing terkait deal dagang sangat pesimis. China kecewa setelah Trump mengatakan tidak ada tarif yang ditarik," tulis reporter CNBC International Eunice Yoo.
"Strategi sekarang adalah menunggu proses pemakzulan (impeachment), (dan) pemilu AS."
Perang dagang sudah terjadi sekitar 18 bulan. Keduanya saling balas menaikkan tarif impor untuk barang-barang masing-masing.
Selama itu pula maju mundurnya hubungan Beijing dan Washington mempengaruhi pasar keuangan dan membuat ketidakstabilan global. Ujung-ujungnya, perang dagang ini membuat ekonomi dunia melambat.
Dana Moneter Internasional (IMF) menyebutkan perlambatan terjadi hampir di 90% kawasan di dunia. IMF pun memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global di 2019 menjadi 3% di Oktober lalu, dari sebelumnya 3,3% di April dan 3,5% di Januari.
Sebagaimana dikabarkan sebelumnya, setidaknya ada 2 hal yang menjadi sumber kebuntuan pembicaraan dagang antara AS dan China. Pertama, soal pembatalan semua tarif yang diberlakukan AS untuk semua barang China.
"Perang dagang dimulai dengan penambahan tarif dan harus diakhiri dengan pembatalan tarif-tarif ini." kata Juru Bicara Kementerian Perdagangan China Gao Feng.
"Jika kedua belah pihak mencapai kata sepakat pada perjanjian fase satu, tingkat pengembalian tarif sepenuhnya akan mencerminkan kesepakatan fase pertama ini."
Pernyataan Gao ini menjawab Trump soal belum adanya keinginan AS untuk membatalkan tarif yang ditetapkan di Desember 2019 pada US$ 160 miliar barang China. Aturan ini akan dikenakan pada barang-barang seperti ponsel, komputer laptop, dan mainan.
Dalam pembicaraan Oktober itu, AS-China hanya setuju menghapus kenaikan tarif yang berlaku Oktober lalu. Dalam setiap wawancara dengan media, China terus menegaskan keinginan agar tarif Desember juga segera dicabut.
Kedua, sebagai mana ditulis Wall Street Journal, Beijing dikabarkan menolak upaya Washington untuk mengekang perkembangan teknologi negeri tirai bambu. Sebelumnya, AS menyerang perusahaan teknologi China dengan narasi, upaya spionase ke AS.
China juga dikabarkan gamang membeli produk pertanian AS. Oktober lalu, Presiden AS Donald Trump sesumbar China akan membeli barang pertanian AS hingga US$ 50 miliar.
(sef/sef) Next Article Babak Baru Perang Dagang, AS dan China Resmi Mulai Negosiasi
Most Popular