Perang Dagang Membara, Ada Saham yang Masih Bisa Cuan Lho!

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
19 November 2019 18:22
Padahal, belum lama ini, kedua negara melakukan perundingan dagang dan ada harapan terjadinya kesepakatan damai dagang fase pertama.
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO) menilai saham-saham perbankan dan konsumer masih bisa dipertimbangkan sebagai portofolio investasi meski situasi pasar saham masih bergejolak karena isu perang dagang Amerika Serikat (AS) dengan China.

Head of Economi Research Pefindo Fikri C Permana menilai risiko di pasar saham meningkat karena sejak minggu lalu risiko AS-China kembali meningkat. Padahal, belum lama ini, kedua negara melakukan perundingan dagang dan ada harapan terjadinya kesepakatan damai dagang fase pertama.

"Risiko perang dagang sejak minggu lalu itu menjadi salah satu penyebab bursa tidak terlalu bergairah," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Selasa (19/11/2019).

Inilah yang membuat kekhawatiran di pasar saham domestik meningkat dan nilai transaksi menjadi turun dimana pada awal pekan ini,  Senin (18/11/2019), nilai transaksi tercatat hanya Rp 5 triliun dan hari ini, Selasa (19/11/2019) tercatat hanya Rp 7,22 triliun. Padahal rerata nilai transaksi selama tahun berjalan mencapaip Rp 9,25 triliun. 

Jika dihitung dari awal tahun hingga penutupan perdagangan hari ini, IHSG masih terkoreksi 0,68%. Sementara sektor barang konsumsi masih bisa menguat 0,37% dan sektor perbankan naik 1,01%.

"Sektor defensif akan tetap jadi unggulan di tengah perang dagang seperti perbankan dan konsumer," katanya lagi.

Sebelumnya, Direktur dan Portfolio Manager PT Schroder Investment Management Indonesia Irwanti menerangkan, investor saat ini masih melirik aset berisiko rendah seperti obligasi karena belum meredanya ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dengan China dan perlambatan ekonomi global. Bila di penghujung tahun ini ada kesepakatan dagang, bukan tidak mungkin, kinerja pasar saham akan kembali bergairah.

Dari domestik, kata Irwanti, kinerja emiten sepanjang awal tahun hingga September dari sisi laba emiten justru cenderung mendatar, bahkan ada yang tumbuh negatif.

"Tren penurunan ini kemugnkinan akan berlanjut karena ketidakpastian global dan domestik masih ada. Strategi kami tentu lebih overweight ke fixed income ketimbang saham," ungkapnya.

Adapun, untuk investasi portofolio saham, Schroders juga merekomendasikan sektor konsumer dan telekomunikasi karena masih masih punya ruang untuk tumbuh. Sisi lain, sektor yang juga dijagokan Schroders adalah saham-saham perbankan karena diuntungkan dari penurunan suku bunga acuan.

"Ketiga sektor tersebut saat ini memang masih paling besar dari nilai kapitalisasi pasar," tandasnya.
(hps/hps) Next Article Perdagangan Pertama Mei IHSG Rontok, Ini Penyebabnya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular