
AS-China Bikin Panas-Dingin, IHSG Tangguh Juga! Hijau

Rilis data perdagangan internasional periode Oktober 2019 oleh Badan Pusat Statistik (BPS) terbukti masih bertaji dalam mengerek kinerja IHSG. Data ini diumumkan pada hari Jumat (15/11/2019). Pada hari Jumat kala data perdagangan internasional dirilis, IHSG menguat sebesar 0,48%.
Sepanjang bulan lalu, BPS mencatat bahwa ekspor melemah sebesar 6,13% secara tahunan, lebih baik ketimbang konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia yang memperkirakan ekspor mengalami kontraksi sebesar 9,03%. Sementara itu, impor diumumkan ambruk hingga 16,39% secara tahunan, lebih dalam dibandingkan konsensus yang memperkirakan kontraksi sebesar 16,02%.
Neraca dagang Indonesia pada bulan lalu membukukan surplus senilai US$ 160 juta, lebih baik ketimbang konsensus yang memperkirakan adanya defisit senilai US$ 300 juta.
Dengan neraca dagang yang bisa membukukan surplus di bulan Oktober, ada harapan bahwa defisit transaksi berjalan/current account deficit (CAD) akan kembali membaik di kuartal IV-2019.
Pada kuartal I-2019 Bank Indonesia (BI) mencatat CAD berada di level 2,51% dari Produk Domestik Bruto (PDB), jauh lebih dalam ketimbang CAD pada kuartal I-2018 yang berada di level 1,94% dari PDB. Kemudian pada kuartal II-2019, CAD membengkak menjadi 2,93% dari PDB. CAD pada tiga bulan kedua tahun ini juga lebih dalam ketimbang capaian pada periode yang sama tahun lalu di level 2,96% dari PDB.
Pada kuartal III-2019, CAD membaik menjadi 2,66% dari PDB, dari yang sebelumnya 3,22% pada kuartal III-2018.
Lantaran ekspor barang merupakan salah satu komponen pembentuk transaksi berjalan, sehingga surplus di pos ini tentu akan memberikan asupan energi dalam meredam CAD.
Sebagai informasi, transaksi berjalan merupakan faktor penting dalam mendikte laju rupiah lantaran arus devisa yang mengalir dari pos ini cenderung lebih stabil, berbeda dengan pos transaksi finansial (komponen Neraca Pembayaran Indonesia/NPI lainnya) yang pergerakannya begitu fluktuatif karena berisikan aliran modal dari investasi portfolio atau yang biasa disebut sebagai hot money.
Memang, pada perdagangan hari ini rupiah ditutup melemah 0,14% di pasar spot ke level Rp 14.090/dolar AS. Dua hari sudah rupiah bertekuk lutut di hadapan dolar AS.
Namun, dengan adanya optimisme bahwa CAD akan bisa diredam (sehingga rupiah akan menguat), pelaku pasar saham tanah air berani untuk melakukan aksi beli, terlepas dari adanya kehadiran sentimen-sentimen negatif yang menyelimuti perdagangan hari ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
