Internasional

Ini Bukti China Serius "Buang Dolar"

Wangi Sinintya Mangkuto, CNBC Indonesia
18 November 2019 16:47
China mencoba melepaskan diri dari dolar AS
Foto: Parade Militer Memperingati Hari Kemerdekaan 70 Tahun Republik Rakyat China (RRC) di Beijing pada Selasa, 1 Oktober 2019 (REUTERS/Thomas Peter )
Jakarta, CNBC Indonesia - China sangat terekspos dolar AS. Tetapi sekarang, dengan risiko "decoupling" alias pergerakan yang tidak wajar, Beijing diam-diam mendiversifikasi cadangan devisa (cadev) untuk mengurangi ketergantungan pada mata uang cadangan terbesar di dunia itu.

Apalagi perang dagang antara China dan AS juga meningkatkan risiko bagi negara tirai bambu. Oleh karena itu, Beijing akan mengelola resikonya dengan mendiversifikasi cadev ke dalam mata uang lain termasuk membangun "cadangan bayangannya".


"Meskipun China masih mengalokasikan porsi yang tinggi dari cadangan valasnya ke dolar AS ... laju diversifikasi ke mata uang lain kemungkinan akan lebih cepat ke depannya," kata ANZ dalam laporan itu sebagaimana dilansir dari CNBC Internasional, Senin (18/11/2019)

Saat ini porsi dolar AS dalam cadev China diperkirakan sekitar 59% pada Juni 2019. Meskipun tidak diketahui pasti, ANZ meyakini terdapat pula mata uang lain seperti pound Inggris, yen Jepang, dan euro dalam cadangan tersebut.

Sementara itu, Beijing berangsur-angsur mengurangi kepemilikannya atas Treasury AS. Dalam catatan BDS, sejak 2018, China telah mengurangi kepemilikannya sebesar US$ 88 miliar (Rp 1.238 triliun) dalam 14 bulan terakhir.

Menurut data dari departemen Keuangan AS, China kini memegang Treasury AS sebanyak US$ 1,11 triliun. Jepang, menjadi pemegang terbanyak dengan jumlah hingga US$ 1,12 triliun.


Pada saat yang sama, Beijing juga terus melakukan pembelian emas. Pada Oktober, cadangan emas resmi negara panda ini mencapai 1.957,5 ton.

Perusahaan-perusahaan China juga sangat terekspos pergerakan dalam greenback (dolar AS). Negara ini dilaporkan memiliki lebih dari US$ 500 miliar foreign corporate debt.

"Sebagian besar dalam dolar AS. (Dan ini) bisa menjadi masalah bagi perusahaan China," kata seorang ekonom global dari Pinebridge Investment Paul Hsiao. Termasuk saat perang dagang memuncak di mana mata uang yuan mengalami pelemahan signifikan ke AS.

Itu menyebabkan banyak perusahaan China menjual aset mereka. Karena banyak dari kewajiban mereka yang masih dalam denominasi dolar, jelasnya.

"Diversifikasi kepemilikan mata uangnya ... sangat sejalan dengan gerakan politik pemerintahan Xi baru-baru ini yang fokus pada hubungan perdagangan China di luar Amerika Serikat," kata Hsiao.

[Gambas:Video CNBC]


(sef/sef) Next Article Fokus China Kini: 'Buang Dolar' & Buat Cadev Bayangan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular