
Internasional
Utang Global Capai Rp 3,5 Juta T, AS & China Paling Dominan
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
18 November 2019 12:37

Jakarta, CNBC Indonesia - International Institute of Finance (IIF) merilis data terbaru terkait utang global di semester I-2019 ini. Ada lonjakan hingga US$ 7,5 triliun atau Rp 105 ribu triliun (kurs Rp 14.000/US$) atau mencapai US$ 250,9 triliun atau Rp 3,51 juta triliun.
Namun tahukah Anda kalau negara yang paling banyak berhutang justru China dan AS?
Dalam laporannya IIF kedua negara bahkan menyumbang hingga 60%. Sementara sisanya didominasi negara-negara berkembang yang mencapai US$ 71,4 triliun.
IIF juga memperkirakan jumlah utang masih akan terus bertambah hingga US$ 255 triliun. Suku bunga rendah menjadi salah satu sebab mengapa korporasi dan pengusaha meminjam lebih banyak uang.
Sementara itu, Dana Moneter International (IMF) memperingatkan kemungkinan gagal bayar pada utang korporasi di sejumlah negara karena perlambatan ekonomi global. Terutama utang di sejumlah negara seperti AS, China, Jepang, Jerman, Inggris, Prancis, Italia, dan Spanyol.
Meski demikian, bank sentral AS sepertinya tidak terlalu khawatir dengan meningkatnya jumlah utang ini. Gubernur Federal Reserve Jerome Powell mengatakan dia tidak melihat tanda-tanda adanya gelembung atau bahaya langsung yang ditimbulkan oleh defisit senilai triliunan dolar itu.
"Jika Anda melihat ekonomi hari ini, tidak ada yang benar-benar menunjukkan tanda-tanda akan hancur," kata Powell dalam kesaksian di depan Komite Anggaran DPR pekan lalu.
(sef/sef) Next Article Waspada, Ekonomi China Diprediksi Hanya Tumbuh 5,8% di 2020
Namun tahukah Anda kalau negara yang paling banyak berhutang justru China dan AS?
Dalam laporannya IIF kedua negara bahkan menyumbang hingga 60%. Sementara sisanya didominasi negara-negara berkembang yang mencapai US$ 71,4 triliun.
Sementara itu, Dana Moneter International (IMF) memperingatkan kemungkinan gagal bayar pada utang korporasi di sejumlah negara karena perlambatan ekonomi global. Terutama utang di sejumlah negara seperti AS, China, Jepang, Jerman, Inggris, Prancis, Italia, dan Spanyol.
Meski demikian, bank sentral AS sepertinya tidak terlalu khawatir dengan meningkatnya jumlah utang ini. Gubernur Federal Reserve Jerome Powell mengatakan dia tidak melihat tanda-tanda adanya gelembung atau bahaya langsung yang ditimbulkan oleh defisit senilai triliunan dolar itu.
"Jika Anda melihat ekonomi hari ini, tidak ada yang benar-benar menunjukkan tanda-tanda akan hancur," kata Powell dalam kesaksian di depan Komite Anggaran DPR pekan lalu.
(sef/sef) Next Article Waspada, Ekonomi China Diprediksi Hanya Tumbuh 5,8% di 2020
Most Popular