
Internasional
Minyak & Batu Bara Makin Suram, Eropa Stop Pendanaan di 2022
Sefti Oktarianisa, CNBC Indonesia
15 November 2019 07:43

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan investasi Uni Eropa mengatakan bakal menghentikan pendanaan proyek-proyek berbahan bakar fosil di 2022 nanti. Ini dilakukan sebagai upaya memerangi perubahan iklim.
"Kami berhenti membiayai bahan bakar fosil dan kami akan meluncurkan strategi investasi iklim paling ambisius dari lembaga keuangan publik manapun," kata Presiden European Investment Bank (EIB) Werner Hoyer dalam sebuah pernyataan sebagaimana dikutip AFP.
Ia pun mengatakan setidaknya EIB akan menggelontorkan US$ 1,1 triliun untuk investasi ramah lingkungan. Keputusan ini dilakukan pasca permintaan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen yang meminta EIB berubah menjadi bank iklim.
Sementara itu, Wakil Presiden EIB yang bertanggung jawab pada energi, Andre McDowell mengatakan keputusan tak berinvestasi di fosil diambil setelah konsultasi publik pada pemberi pinjaman.
"Ini menyelaraskan strategi pinjaman energi kami dengan ambisi Uni Eropa, target iklim dan energi Uni Eropa tahun 2020 serta Kesepakatan Paris (Paris Agreement)," jelasnya.
Meski mengakui tak akan menyentuh energi fosil, buktinya EIB masih berinvestasi di gas. Bahkan badan ini menyediakan 2,5 miliar euro untuk proyek-proyek jaringan pipa gas tahun lalu.
Di belahan bumi lain, walau Eropa semakin ketat, pemerintah Amerika Serikat (AS) sedikit lebih longgar pada pengembangan energi ini. Bahkan Presiden AS Donald Trump tengah mempersiapkan proposal untuk meninggalkan Paris Agreement.
Tujuannya terkait mempermudah birokrasi untuk entitas bisnis AS. Pasalnya perjanjian ini mengingat perusahaan AS untuk tunduk pada sejumlah aturan guna mengurangi pemanasan global.
Jika benar keluar, AS akan menjadi satu-satunya negara yang berada di luar perjanjian itu. Perjanjian ini sendiri di tanda tangani 55 negara anggota yang tergabung dalam united Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCC).
Menurut Sekretaris Negara AS Mike Pompeo dalam cuitannya di Twitter, AS sudah melakukan banyak hal untuk menekan emisi.
"AS bangga dengan rekor kami sebagai pemimpin dunia dalam mengurangi semua emisi, menumbuhkan ketahanan, menumbuhkan ekonomi kita, dan memastikan energi untuk warga negara kita," katanya, sebagaimana dilansir dari Reuters pekan lalu.
Sebelumnya, dalam kampanye Trump memang berjanji akan membatalkan perjanjian itu. Menurutnya, Paris Agreement merugikan ekonomi AS. Perjanjian itu telah mengekang industri listrik, mobil dan sektor pengeboran minyak dan gas.
(sef/sef) Next Article Eropa Akan Stop Investasi di Migas dan Batu Bara, Kenapa?
"Kami berhenti membiayai bahan bakar fosil dan kami akan meluncurkan strategi investasi iklim paling ambisius dari lembaga keuangan publik manapun," kata Presiden European Investment Bank (EIB) Werner Hoyer dalam sebuah pernyataan sebagaimana dikutip AFP.
Ia pun mengatakan setidaknya EIB akan menggelontorkan US$ 1,1 triliun untuk investasi ramah lingkungan. Keputusan ini dilakukan pasca permintaan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen yang meminta EIB berubah menjadi bank iklim.
"Ini menyelaraskan strategi pinjaman energi kami dengan ambisi Uni Eropa, target iklim dan energi Uni Eropa tahun 2020 serta Kesepakatan Paris (Paris Agreement)," jelasnya.
Meski mengakui tak akan menyentuh energi fosil, buktinya EIB masih berinvestasi di gas. Bahkan badan ini menyediakan 2,5 miliar euro untuk proyek-proyek jaringan pipa gas tahun lalu.
Di belahan bumi lain, walau Eropa semakin ketat, pemerintah Amerika Serikat (AS) sedikit lebih longgar pada pengembangan energi ini. Bahkan Presiden AS Donald Trump tengah mempersiapkan proposal untuk meninggalkan Paris Agreement.
Tujuannya terkait mempermudah birokrasi untuk entitas bisnis AS. Pasalnya perjanjian ini mengingat perusahaan AS untuk tunduk pada sejumlah aturan guna mengurangi pemanasan global.
Jika benar keluar, AS akan menjadi satu-satunya negara yang berada di luar perjanjian itu. Perjanjian ini sendiri di tanda tangani 55 negara anggota yang tergabung dalam united Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCC).
Menurut Sekretaris Negara AS Mike Pompeo dalam cuitannya di Twitter, AS sudah melakukan banyak hal untuk menekan emisi.
"AS bangga dengan rekor kami sebagai pemimpin dunia dalam mengurangi semua emisi, menumbuhkan ketahanan, menumbuhkan ekonomi kita, dan memastikan energi untuk warga negara kita," katanya, sebagaimana dilansir dari Reuters pekan lalu.
Sebelumnya, dalam kampanye Trump memang berjanji akan membatalkan perjanjian itu. Menurutnya, Paris Agreement merugikan ekonomi AS. Perjanjian itu telah mengekang industri listrik, mobil dan sektor pengeboran minyak dan gas.
(sef/sef) Next Article Eropa Akan Stop Investasi di Migas dan Batu Bara, Kenapa?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular