
Jerman Lolos dari Resesi, Euro Pun Happy
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
14 November 2019 15:36

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar euro menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) memasuki perdagangan sesi Eropa Kamis (14/11/19). Jerman terhindar dari resesi memberikan sentimen positif ke mata uang 19 negara ini.
Pada pukul 15:26 WIB, eruo diperdagangkan di level US$ 1,1011 atau menguat 0,06% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sebelum rilis data pertumbuhan ekonomi Jerman, euro melemah di level US$ 1,0992.
Jerman memberikan kejutan pada hari ini, ramai-ramai diprediksi akan mengalami resesi teknikal, perekonomian Negeri Panser justru mencatat pertumbuhan. Badan Statistik Jerman (Destatis) melaporkan produk domestik bruto (PBD) tumbuh 0,1% quarter-on-quarter (QoQ) di kuartal III-2019. Hasil survei yang dilakukan Reuters menunjukkan PDB Jerman diprediksi berkontraksi alias minus 0,1%.
Pada kuartal II-2019, PDB Jerman mengalami kontraksi 0,1%, sehingga pertumbuhan pada periode Juli-September menghindarkannya dari resesi. Meski demikian, perekonomian terbesar di Eropa tersebut disebut masih lemah.
"Kita tidak mengalami resesi teknikal, tapi angka pertumbuhan masih lemah" kata Menteri Ekonomi Jerman Peter Altmaier, sebagaimana dilansir Reuters.
Mata uang euro sejak pekan lalu terus mengalami tekanan, dalam delapan hari perdagangan hingga Rabu kemarin melemah sebanyak tujuh kali hingga menyentuh level terlemah dalam satu bulan terakhir. Kecemasan akan resesi yang kemungkinan dialami Jerman menjadi salah satu pemicu aksi jual euro.
Selain itu, program pembelian aset (obligasi dan surat berharga) atau yang dikenal dengan quantitative easing (QE) yang resmi dilakukan European Central Bank (ECB) mulai 1 November juga menyebabkan pelamahan euro.
Program tersebut sebenarnya sudah dihentikan pada akhir 2018 lalu ketika perekonomian zona euro mulai membaik. Namun perang dagang AS-China membuat kondisi ekonomi blok 19 negara itu kembali putar balik, yang memaksa ECB kembali mengaktifkan QE serta memangkas suku bunga.
Pada 12 September lalu, ECB memangkas suku bunga deposito (deposit facility) sebesar 10 basis poin (bps) menjadi -0,5%, sementara main refinancing facility tetap sebesar 0% dan suku bunga pinjaman (lending facility) juga tetap sebesar 0,25%.
Sementara program QE yang dilakukan saat ini senilai 20 miliar euro per bulan. Berdasarkan rilis ECB bulan September lalu, QE kali ini tanpa batas waktu, artinya akan terus dilakukan selama dibutuhkan untuk memberikan stimulus bagi perekonomian zona euro.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Ekonomi AS Makin Terpuruk, Euro Berbalik Menguat 0,5%
Pada pukul 15:26 WIB, eruo diperdagangkan di level US$ 1,1011 atau menguat 0,06% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sebelum rilis data pertumbuhan ekonomi Jerman, euro melemah di level US$ 1,0992.
Jerman memberikan kejutan pada hari ini, ramai-ramai diprediksi akan mengalami resesi teknikal, perekonomian Negeri Panser justru mencatat pertumbuhan. Badan Statistik Jerman (Destatis) melaporkan produk domestik bruto (PBD) tumbuh 0,1% quarter-on-quarter (QoQ) di kuartal III-2019. Hasil survei yang dilakukan Reuters menunjukkan PDB Jerman diprediksi berkontraksi alias minus 0,1%.
Pada kuartal II-2019, PDB Jerman mengalami kontraksi 0,1%, sehingga pertumbuhan pada periode Juli-September menghindarkannya dari resesi. Meski demikian, perekonomian terbesar di Eropa tersebut disebut masih lemah.
"Kita tidak mengalami resesi teknikal, tapi angka pertumbuhan masih lemah" kata Menteri Ekonomi Jerman Peter Altmaier, sebagaimana dilansir Reuters.
Mata uang euro sejak pekan lalu terus mengalami tekanan, dalam delapan hari perdagangan hingga Rabu kemarin melemah sebanyak tujuh kali hingga menyentuh level terlemah dalam satu bulan terakhir. Kecemasan akan resesi yang kemungkinan dialami Jerman menjadi salah satu pemicu aksi jual euro.
Selain itu, program pembelian aset (obligasi dan surat berharga) atau yang dikenal dengan quantitative easing (QE) yang resmi dilakukan European Central Bank (ECB) mulai 1 November juga menyebabkan pelamahan euro.
Program tersebut sebenarnya sudah dihentikan pada akhir 2018 lalu ketika perekonomian zona euro mulai membaik. Namun perang dagang AS-China membuat kondisi ekonomi blok 19 negara itu kembali putar balik, yang memaksa ECB kembali mengaktifkan QE serta memangkas suku bunga.
Pada 12 September lalu, ECB memangkas suku bunga deposito (deposit facility) sebesar 10 basis poin (bps) menjadi -0,5%, sementara main refinancing facility tetap sebesar 0% dan suku bunga pinjaman (lending facility) juga tetap sebesar 0,25%.
Sementara program QE yang dilakukan saat ini senilai 20 miliar euro per bulan. Berdasarkan rilis ECB bulan September lalu, QE kali ini tanpa batas waktu, artinya akan terus dilakukan selama dibutuhkan untuk memberikan stimulus bagi perekonomian zona euro.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Ekonomi AS Makin Terpuruk, Euro Berbalik Menguat 0,5%
Most Popular