AS-China Masih Suram, Bursa Wall Street Belum Bertenaga!

Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
14 November 2019 17:48
Pada pukul 17:29 WIB, kontrak futures Dow Jones dan S&P 500 naik tipis masing-masing 6,41 poin dan 1,76 poin.
Foto: Bursa New York (AP Photo/Richard Drew))
Jakarta, CNBC Indonesia - Kontrak futures indeks utama bursa Amerika Serikat (AS) diimplikasikan bergerak terbatas dan cenderung konstan pada perdagangan hari ini, Kamis (14/11/2019) seiring dengan investor yang masih memantau perkembangan friksi dagang Amerika Serikat (AS) dan China.

Selain itu, rilis data ekonomi terbaru Jepang dan China juga turut menekan risk appetite pelaku pasar.

Pada pukul 17:29 WIB, kontrak futures Dow Jones dan S&P 500 naik tipis masing-masing 6,41 poin dan 1,76 poin. Sementara kontrak futures Nasdaq turun tipis 0,06 poin. Kontrak futures menjadi patokan arah pergerakan pembukaan bursa Wall Street nanti malam. 

The Wall Street Journal (WSJ) melaporkan pada Rabu (12/11/2019) bahwa Beijing menentang permintaan Washington terkait regulasi kekayaan intelektual dan menghentikan praktik transfer paksa teknologi, seperti diwartakan CNBC International.


China juga dikabarkan ragu untuk membeli produk pertanian AS. Padahal pada bulan lalu Presiden AS Donald Trump mengklaim Negeri Tiongkok akan membeli produk pertanian Negeri Paman Sam senilai US$ 50 miliar sebagai bagian dari kesepakatan dagang fase satu.

Jika ternyata China enggan memenuhi permintaan AS, bukan tidak mungkin kecaman Trump menjadi kenyataan.

"Saya akan menaikkan bea masuk dengan signifikan jika China tidak membuat kesepakatan. Itu juga akan berlaku bagi negara lain," tegas Trump, dikutip dari Reuters.

Di lain pihak, pagi tadi, Jepang merilis laju pertumbuhan ekonomi kuartal III-2019 yang hanya sebesar 0,2% secara kuartalan yang disetahunkan (annualized).


Performa tersebut jauh melambat dari kuartal sebelumnya yang dapat tumbuh 1,8% dan lebih rendah dari konsensus Reuters yang memperkirakan pertumbuhan kuartal kemarin menyentuh level 0,8%.

Selain itu, data ekonomi suram lainnya juga datang dari China. Sepanjang bulan Oktober, penjualan ritel Negeri Tiongkok tercatat tumbuh sebesar 7,2% secara tahunan (year-on-year/YoY). Angka tersebut melambat dari capaian bulan September yang naik 7,8% YoY dan lebih rendah dari konsensus pasar yang mengestimasi pertumbuhan 7,9% YoY, dilansir Trading Economics.

Lalu, rilis data investasi fixed-asset, yang merupakan salah satu faktor kunci roda pertumbuhan ekonomi China, dalam 10 bulan pertama tahun ini hanya tumbuh 5,2% atau terendah sejak 1996, dilansir dari Reuters.

Pada hari ini investor akan mencermati rilis data indeks harga produsen AS bulan Oktober yang akan diumumkan pukul 20:30 WIB. Selain itu Gubernur bank sentral AS, The Fed, Jerome Powell, juga akan berpidato di depan Badan Anggaran Negeri Paman Sam di Washington pada pukul 22:00 WIB.

Data perdagangan mencatat, pada penutupan Rabu kemarin (Kamis pagi waktu Indonesia), indeks Dow Jones (DJIA) ditutup menguat 92,10 poin atau 0,33% di level 27.783,59 dan S&P juga naik 2,20 poin atau 0,07% di level 3.094, sementara indeks Nasdaq melorot 3,39 poin atau 0,05% di level 8.482,10.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(dwa/dwa) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular