Saham Bank BUMN Tertekan, Asing Kabur Rp 5 T Bulan Ini!

tahir saleh, CNBC Indonesia
14 November 2019 14:56
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih berkutat di zona merah.
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih berkutat di zona merah dengan pelemahan 1,16% di level 6.070,29 pada pukul 13.57 WIB, Kamis ini (14/11/2019).

Pelemahan IHSG ini melanjutkan koreksi yang diawali sejak sesi perdagangan pagi tadi yakni minus 0,08%. Jika koreksi IHSG bertahan hingga akhir perdagangan sore nanti, maka akan menandai koreksi kedua secara beruntun.

Data perdagangan BEI mencatat, kinerja IHSG senada dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang juga sedang melaju di zona merah. Hingga berita ini diturunkan, indeks Nikkei turun 0,75%, indeks Hang Seng jatuh 0,78%, dan indeks Straits Times terkoreksi 0,27%.

Sentimen yang mewarnai perdagangan hari ini memang terbilang negatif. Kini, hubungan AS-China di bidang perdagangan terlihat semakin renggang dan penandatanganan kesepakatan dagang tahap satu sepertinya masih belum akan terjadi dalam waktu dekat.


Di Hong Kong, aksi unjuk rasa yang dimulai sejak Juni lalu hingga kini belum padam. Bahkan mengarah ke aksi anarkisme yang membuat pemerintah Hong Kong dan China bermuram durja.

Net Sell

Di tengah tekanan IHSG, asing terus mencatatkan nilai jual bersih (net sell) siang ini. Data BEI pukul 14.00 WIB, asing keluar Rp 122,14 miliar di semua pasar, terutama di pasar reguler yang mencapai Rp 142,25 miliar, sementara di pasar nego dan tunai mulai ada aksi beli bersih atau net buy Rp 20 miliar.

Dalam sepekan terakhir, asing keluar hingga Rp 1,86 triliun di semua pasar dan sebulan terakhir asing profit taking mencapai Rp 5,19 triliun di mana Rp 3,75 triliun di pasar reguler, dan Rp 1,44 triliun dari pasar nego dan tunai.

Kendati demikian, secara year to date atau tahun berjalan, memang masih terjadi net buy asing di semua pasar Rp 39,92 triliun karena besarnya aksi beli di pasar nego dan tunai, terutama karena terjadi aksi merger dan akuisisi beberapa bank papan atas di Tanah Air.


Mengacu data BEI tersebut, sebulan terakhir ini, asing melego saham-saham perbankan khususnya bank BUMN.

Saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dilepas Rp 1,54 triliun dengan harga saham stagnan di level Rp 6.700/saham sebulan terakhir. Dan hari ini, saham BMRI masih minus 2,55% sehari.

Berikutnya, saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) juga dilepas hingga Rp 883,28 miliar dalam sebulan terakhir dengan koreksi harga saham 3,46% di level Rp 3.910/saham. Hari ini saham BBRI pun ambles 1,26%.

Adapun saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) juga dilepas asing Rp 573,25 miliar dengan koreksi harga saham 2,37% di level Rp 7.200/saham dalam sebulan. Saham BBNI hari ini juga turun 2,04%.

Terakhir, saham PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) juga dilepas asing Rp 131,19 miliar sebulan terakhir, dengan koreksi 4,20% di level Rp 1.825/saham. Harga saham BBTN juga turun 0,82% hari ini.

Presiden Direktur CSA Institute, Aria Santoso, menilai koreksi tersebut sebagai dampak dari sentimen jangka pendek dari aksi capital outflow, sementara performa perusahaan masih cukup baik.

"Kondisi ini bisa dimanfaatkan investor untuk melakukan akumulasi beli," katanya dalam dialog di CNBC Indonesia, pekan ini.

Sejak beberapa hari terakhir saham bank BUMN memang kena sentimen negatif. Ambruknya harga saham bank-bank plat merah tersebut ditengarai dipicu oleh kekhawatiran bahwa bank-bank BUMN dipertimbangkan untuk menyelamatkan PT Bank Muamalat Indonesia Tbk dari permasalahan keuangan yang kini sedang menerpanya.

Kekhawatiran ini kembali mencuat setelah Wakil Presiden Ma'ruf Amin beberapa waktu yang lalu, tepatnya pada tanggal 28 Oktober, menemui manajemen Bank Muamalat. Dikabarkan, ada pejabat bank BUMN yang ikut dalam pertemuan tersebut.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan merangkap Anggota Dewan Komisioner OJK Heru Kristiyana juga membenarkan bahwa rencana penyelamatan Bank Muamalat benar adanya dan sedang berlangsung. Pada waktunya, OJK akan menyampaikan hal tersebut secara rinci bila sudah ada kepastian.

"Nah itu nanti kita ngomong, karena itu lagi berlangsung. Kalau saya ngomong nanti mereka pada lari," ujar Heru di Jakarta, Rabu (6/11/2019).


Sebagai informasi, bank syariah tertua di Indonesia itu tengah dirundung masalah. Kekurangan modal. Tercatat sejak 2015, Muamalat mengalami masalah permodalan.

Selain itu, Bank Muamalat juga tergerus lonjakan pembiayaan bermasalah (non-performing finance/NPF). NPF bank syariah itu sempat di atas 5%, lebih tinggi dari batas maksimal ketentuan regulator.

Meskipun demikian, Menteri BUMN Erick Thohir membantah isu bahwa perusahaan pelat merah akan menyelamatkan Bank Mulamalat. Pasalnya, bank syariah tersebut merupakan bank swasta dan dimiliki investor asing.

"Bukan saya, itu kan enggak ada hubungannya sama BUMN. Bank Muamalat kan bukan BUMN," tegas Erick di Jakarta, Senin (11/11/2019).

BRI bantah rumor masuk di Muamalat


(tas/wed) Next Article Kredit Capai Rp 984,8 T, Laba Bank Mandiri Q1 Tembus Rp 5,9 T

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular