
Harga Batu Bara Rentan Koreksi, Saham Adaro Cs Ambles!

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham emiten-emiten pertambangan baru bara di Bursa Efek Indonesia (BEI) ambles pada penutupan sesi I, Kamis ini (14/11/2019) setelah investor asing mencatatkan aksi jual bersih (net sell) di tengah penguatan harga batu bara di pasar dunia.
Harga batu bara kontrak ICE Newcastle ditutup menguat pada perdagangan Rabu kemarin (13/11/2019). Namun harganya diprediksi masih berpotensi terkoreksi dan melanjutkan pola sideways pada pekan ini.
Data perdagangan BEI mencatat, pada penutupan sesi I, saham beberapa tambang batu bara ambles. Paling besar koreksi dicatatkan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) yang turun 4,71% di level Rp 2.430/saham, dengan net sell Rp 14,46 miliar.
Kemudian disusul saham PT Indika Energy Tbk (INDY) turun 3,46% di level Rp 1.255/saham dengan net sell Rp 1,27 miliar dan PT Adaro Energy Tbk (ADRO) yang turun 3,37% di level Rp 1.290/saham, tapi masih net buy (beli bersih) Rp 575 juta.
Berikut lengkapnya:
2. PT Indika Energy Tbk (INDY) turun 3,46% di level Rp 1.255/saham, net sell Rp 1,27 miliar
3. PT Adaro Energy Tbk (ADRO) turun 3,37% di level Rp 1.290/saham, net buy Rp 575 juta
4. PT Harum Energy Tak (HRUM) turun 1,83% di level Rp 1.340/saham, net sell Rp 1,77 juta.
5. PT Antam Tbk (ANTM) turun 1,83% di level Rp 805/saham, net sell Rp 3,23 miliar.
6. PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), turun 1,60% di level Rp 12.300/saham, net sell Rp 1,34 miliar.
7. PT Bumi Resources Tak (BUMI) stagnan Rp 78/saham, net sell Rp 262 juta.
Data Refinitiv mencatat, harga batu bara kontrak ICE Newcastle ditutup menguat sebesar 0,75% ke level US$ 67,45/ton pada perdagangan Rabu kemarin.
Ada beberapa sentimen yang justru membuat harga batu bara semakin galau. Walau impor batu bara China diprediksi melampaui total impor tahun lalu sebesar 281 juta ton, namun impor batu bara China hingga November sudah mencapai lebih dari 270 juta ton.
Analis memprediksikan, impor batu bara China tahun ini lebih dari 300 juta ton. Artinya dalam dua bulan terakhir impor batu bara China akan berada di level 15 juta ton. Masih jauh lebih rendah dibanding impor batu bara bulan-bulan sebelumnya yang mencapai lebih dari 20 juta ton.
Tak hanya China, impor batu bara India juga mengalami penurunan. Mengutip data Refinitiv, impor batu bara India pada Oktober turun menjadi 14,7 juta ton. Impor batu bara turun 16,9% dibanding periode yang sama tahun lalu.
Energy Information Agency (EIA) AS memprediksi bahwa konsumsi batu bara untuk sektor pembangkit listrik tahun ini mencapai 558,3 juta ton, terendah sejak 1979 dan 488,9 juta ton pada 2020 terendah sejak 1978.
Bagaimana kinerja emiten batu bara?
(tas/hoi) Next Article Krisis Energi, Saham Batu Bara 'Meledak' di Seluruh Dunia
