Sebabkan Saham Bank BUMN Ambruk, Separah Apa Bank Muamalat?

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
14 November 2019 13:54
Sebabkan Saham Bank BUMN Ambruk, Separah Apa Bank Muamalat?
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Dalam beberapa waktu terakhir, harga saham bank milik negara, utamanya yang masuk ke dalam kategori BUKU IV, babak belur.

Terhitung dalam periode 28 Oktober hingga kemarin (13/11/2019), harga saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) ambruk 6,38%, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) terkoreksi 6,07%, dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) anjlok 1,79%,

Pada perdagangan hari ini (14/11/2019), saham-saham bank BUMN masih saja babak belur. Per akhir perdagangan sesi satu, harga saham BMRI anjlok 1,82%, BBNI terkoreksi 1,7%, dan BBRI ambruk 1,26%.

Ambruknya harga saham bank-bank plat merah tersebut salah satunya ditengarai dipicu oleh kekhawatiran bahwa nama-nama di atas dipertimbangkan untuk menyelamatkan PT Bank Muamalat Indonesia Tbk dari permasalahan keuangan yang kini sedang menerpanya.



Kekhawatiran ini kembali mencuat pasca Wakil Presiden Ma'ruf Amin beberapa waktu yang lalu, tepatnya pada tanggal 28 Oktober, menemui manajemen Bank Muamalat. Dikabarkan, ada pejabat bank BUMN yang ikut dalam pertemuan tersebut.

Sebelumnya, kekhawatiran bahwa bank plat merah akan didorong untuk menyelamatkan Bank Muamalat sudah mencuat kala ada informasi yang beredar di pasar. Setidaknya, ada dua riset dari sekuritas yang membahas mengenai hal tersebut.

Salah satu riset tersebut menyatakan bahwa bank BUMN telah mengonfirmasi untuk melakukan uji tuntas atau due dilligence dalam rangka melakukan suntikan modal ke Bank Muamalat.

Sementara itu, riset lainnya menyatakan bahwa ada kemungkinan bank BUMN akan membeli sekurititasi dari pembiayaan bermasalah milik Bank Muamalat. Riset tersebut juga menyatakan bahwa akan menjadi preseden buruk bila bank BUMN membantu bank swasta seperti Muamalat.

Untuk diketahui, Bank Muamalat memang bukan merupakan bank BUMN melainkan bank swasta. Malahan, mayoritas kepemilikan Bank Muamalat dipegang oleh investor asing.

Melansir publikasi laporan keuangan periode semester I-2019, sebanyak 32,74% kepemilikan Bank Muamalat dikuasai oleh Islamic Development Bank, 22% dikuasai Bank Boubyan, dan 17,91% dikuasai Atwill Holdings Limited. Ma'ruf Amin sendiri diketahui sempat menjabat sebagai Ketua Dewan pengawas Syariah di bank syariah pertama di Indonesia tersebut.

Lantas, mengapa pelaku pasar begitu 'menghukum' saham-saham bank bank plat merah menyusul isu bahwa mereka akan didorong untuk menyelamatkan Bank Muamalat? Apakah kondisi dari Bank Muamalat begitu mengenaskan sehingga pemberitaan tersebut menjadi kabar yang begitu negatif di telinga pelaku pasar?

Dalam periode Januari-Agustus 2019, berdasarkan laporan yang dipublikasikan perusahaan, laba bersih Bank Muamalat tercatat hanya mencapai Rp 6,57 miliar. Padahal pada periode yang sama tahun sebelumnya (Januari-Agustus 2018), laba bersih perusahaan mencapai 110,9 miliar. Dalam delapan bulan pertama tahun 2019, laba bersih perusahaan anjlok hingga 94,1% secara tahunan.

Laba bersih yang hanya senilai Rp 6,57 miliar tersebut merupakan perolehan laba bersih terendah dalam delapan bulan pertama yang pernah dicatatkan oleh Bank Muamalat, setidaknya dalam empat tahun terakhir.



Ambruknya laba bersih perusahaan terjadi seiring dengan tekanan terhadap pos pendapatan utama perusahaan. Dalam periode Januari-Agustus 2019, pendapatan penyaluran dana ambruk sebesar 17% menjadi Rp 1,9 triliun, dari yang sebelumnya Rp 2,3 triliun pada periode Januari-Agustus 2018.

Pendapatan penyaluran dana yang hanya senilai Rp 1,9 triliun tersebut juga merupakan perolehan terendah dalam delapan bulan pertama yang pernah dicatatkan oleh Bank Muamalat, setidaknya dalam empat tahun terakhir.



Lebih lanjut, pendapatan setelah distribusi bagi hasil anjlok 51,5% menjadi Rp 415,6 miliar dalam periode Januari-Agustus 2019, dari yang sebelumnya Rp 857,3 miliar pada periode Januari-Agustus 2018.

Masih tingginya rasio pembiayaan bermasalah/Non-Performing Financing (NPF) menjadi faktor yang membebani kinerja keuangan perusahaan pada tahun ini. Per akhir Juni 2019, NPF (gross) berada di level 5,41%, melonjak dari NPF per akhir Juni 2018 yang sebesar 1,65%. Untuk diketahui, NPF Bank Muamalat per akhir 2018 berada di level 3,87%.



Dengan kinerja keuangan perusahaan yang begitu buruk, suntikan modal dikhawatirkan tak akan mampu memutarbalikkan kondisi Bank Muamalat. Suntikan modal dikhawatirkan hanya akan mampu memperpanjang nafas dari Bank Muamalat, sembari menggerogoti suntikan modal itu sendiri, yang santer diberitakan akan disalurkan oleh bank BUMN.

Kalaupun pembiayaan bermasalah dari Bank Muamalat disekuritisasi untuk kemudian dijual ke bank BUMN, hal ini juga tentu akan membawa mereka menghadapi risiko. Pasalnya, tak ada jaminan bahwa pembiayaan bermasalah tersebut bisa direstrukturisasi dan memberikan nilai tambah bagi pembelinya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular