Bidik Laju Kredit 10-12%, Bos Bank Mandiri Fokus 3 Jurus Ini!

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
15 June 2021 18:35
Darmawan Junaidi (Tangkapan Layar)
Foto: Darmawan Junaidi (Tangkapan Layar)

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten perbankan BUMNPT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), memproyeksikan pertumbuhan kredit pada tahun ini bisa tumbuh di rentang 10-12% sejalan dengan mulai pulihnya ekonomi domestik.

Sepanjang tahun 2020, bank bersandi saham BMRI ini tercatat masih mencatatkan kontraksi penyaluran kredit sebesar -1,61% dengan margin bunga bersih (NIM, net interest margin) 4,65% dan cost of credit sebesar 2,35%.

Direktur Utama Bank Mandiri, Darmawan Junaidi optimistis, penyaluran kredit tahun ini akan lebih baik dari tahun sebelumnya.

"Kami fokus pada sektor yang mulai tumbuh," kata Darmawan, dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi XI DPR, Selasa (15/6/2021).

Perseroan menargetkan, pada tahun ini NIM akan tumbuh pada kisaran 4,8% sampai dengan 5,1% dengan cost of credit 1,95 sampai dengan 2,4%.

Adapun, tiga strategi yang akan dijalankan BMRI antara lain, pertama, mendorong pertumbuhan bisnis ritel dengan mengoptimalkan potensi value chain pada ekosistem nasabah korporasi (wholesale).

Kedua, mengoptimalkan potensi lokal dan sektor unggulan di wilayah Indonesia serta sektor-sektor yang pulih lebih cepat.

Ketiga, mengembangkan solusi digital, perbaikan proses, modernisasi channel serta peningkatan kapabilitas core banking.

Sebagai informasi, sampai dengan 31 Maret 2021 ini, Bank Mandiri mencatatkan penurunan nilai kredit yang direstrukturisasi menjadi Rp 94,5 triliun dari sebelumnya Rp 124,2 triliun dari 547 ribu debitur yang direstrukturisasi akibat dampak pandemi Covid-19 pada.

Dengan demikian, saat ini, total kredit yang direstrukturisasi mencapai 12,1% dari total portofolio Bank Mandiri.

Untuk mengantisipasi dampak risiko kredit, perseroan kata Darmawan juga telah mengantisipasinya dengan meningkatkan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) dan menyesuaikan debitur tersebut berdasarkan tingkat risikonya, yakni berisiko tinggi (high risk), berisiko sedang (medium risk), dan berisiko rendah (low risk).

"Tercatat 11% debitur dalam kategori high risk," imbuh Darmawan.

Tahun lalu, BMRI membukukan penurunan laba bersih menjadi sebesar Rp 17,1 triliun, terkontraksi 38% secara year on year (yoy) dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Penurunan laba tersebut sejalan dengan penurunan kinerja perbankan secara nasional di tengah pandemi. Penyaluran kredit BMRI di 2020 terkontraksi 1,61% yoy, masih lebih baik dibandingkan kontraksi 2,41% perbankan nasional.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kredit Capai Rp 984,8 T, Laba Bank Mandiri Q1 Tembus Rp 5,9 T

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular