Rupiah Dibuka Menguat Tapi Langsung Balik Melemah, Ada Apa?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
14 November 2019 08:33
Pernyataan The Fed Dongrak Dolar AS
Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Selain itu, mata uang Asia juga tertekan oleh penguatan dolar AS yang terjadi secara global. Pada pukul 08:21 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan mata uang utama dunia) masih menguat 0,03%.

Sentimen positif bagi mata uang Negeri Paman Sam datang dari pernyataan Bank Sentral AS, The Federal Reserve/The Fed. Ketua The Fed Jerome 'Jay' Powell menegaskan bahwa suku bunga negatif bukan sebuah opsi bagi AS.

"Suku bunga negatif tentu bukan kebijakan yang pantas dalam situasi ekonomi seperti ini. Ekonomi kita kuat, kita mencatatkan pertumbuhan, kita punya konsumen yang kuat, kita juga punya inflasi.

"Anda akan melihat suku bunga negatif di negara-negara besar yang pertumbuhan ekonomi dan inflasinya rendah. Ini tidak terjadi di AS.

"Jadi kebijakan moneter yang kami terapkan sudah pantas dengan outlook pertumbuhan ekonomi yang moderat, pasar tenaga kerja yang kuat, dan inflasi mendekati target 2%. Saya dan kolega saya menilai ada ekspansi ekonomi yang berkelanjutan, dan sepertinya memang seperti itu," jelas Powell dalam paparan di hadapan Komite Ekonomi Kongres AS, seperti diberitakan Reuters.

Isu suku bunga negatif datang dari Presiden AS Donald Trump. Dalam acara Economic Club di New York, Trump menegaskan kebijakan moneter The Fed masih kurang agresif. Dia ingin suku bunga acuan diturunkan sampai ke teritori negatif.

"Ingat bahwa kita sedang berkompetisi dengan negara-negara lain yang menurunkan suku bunga sehingga banyak di antara mereka yang malah mendapat uang saat meminjam? Itulah suku bunga negatif. Saya mau itu, beri saya uang itu. The Fed tidak membiarkan kita mendapat yang seperti itu," papar Trump.


Namun tidak semua orang di AS sepakat dengan penerapan suku bunga negatif. Lawrence 'Larry' Kudlow, Penasihat Ekonomi Gedung Putih, menilai suku bunga negatif tidak bisa diterapkan di AS.

"Saya tidak berpikir AS butuh suku bunga negatif. Ekonomi kita kuat kok," tuturnya dalam wawancara bersama CNBC International.

Dengan dicoretnya opsi suku bunga negatif dari daftar kebijakan, maka dolar AS pun mendapat angin. Suku bunga positif membuat mata uang Negeri Adidaya masih menawarkan imbalan investasi, meski terus menurun seiring penurunan The Federal Funds Rate.

Situasi ini membuat rupiah tersudut. Dolar AS memang sedang terlalu tangguh bagi mata uang Tanah Air.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular