Jelang Lelang Siang Ini, Pasar SUN Kembali Terkoreksi

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
12 November 2019 12:59
Biasa dimanfaatkan pelaku pasar untuk mendorong pelemahan harga untuk menambah daya tawar dalam lelang.
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah terkoreksi di awal perdagangan sebagai lanjutan dari pembalikan arah menjadi melemah kemarin, setelah sentimen negatif dari perang dagang mulai membuat pelaku pasar keuangan global khawatir.

Pelemahan harga masih terjadi menjelang lelang rutin siang ini, yang juga biasa dimanfaatkan pelaku pasar untuk mendorong pelemahan harga untuk menambah daya tawar dalam lelang. Padahal, arus dana investor asing masih terus masuk ke pasar surat utang negara (SUN) yang ditunjukkan dari kepemilikan asing yang menembus rekor baru Rp 1.070 triliun per akhir pekan lalu.

Turunnya harga SUN itu seiring dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain yang sudah terjadi sejak kemarin. Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.

Seri acuan yang paling melemah adalah FR0077 yang bertenor 5 tahun dengan kenaikan yield 5,1 basis poin (bps) menjadi 6,48%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.

Pemerintah akan menggelar lelang rutin surat berharga syariah negara (SBSN/sukuk negara) siang ini dengan target indikatif Rp 7 triliun.

 

Yield Obligasi Negara Acuan 12 Nov'19

Seri

Jatuh tempo

Yield 11 Nov'19 (%)

Yield 12 Nov'19 (%)

Selisih (basis poin)

Yield wajar IBPA 11 Nov'19 (%)

FR0077

5 tahun

6.435

6.486

5.10

6.4386

FR0078

10 tahun

7.014

7.042

2.80

7.003

FR0068

15 tahun

7.339

7.363

2.40

7.3276

FR0079

20 tahun

7.581

7.607

2.60

7.5619

Sumber: Refinitiv



Pelemahan SBN hari ini juga membuat selisih (spread) yield obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan yield surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 512 bps, melebar dari posisi kemarin 508 bps. Yield US Treasury 10 tahun turun 1,7 bps hingga 1,91% dari posisi kemarin 1,93%.

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.070 triliun SBN, atau 39,14% dari total beredar Rp 2.734 triliun berdasarkan data per 8 November.

Angka kepemilikannya masih positif Rp 176,07 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. Sejak akhir sebelumnya, investor asing tercatat masuk ke pasar SUN senilai Rp 9,86 triliun, sedangkan sejak awal bulan masih surplus Rp 11,75 triliun.

Dari pasar surat utang negara berkembang dan negara maju, mayoritas masih terkoreksi sehingga yield mayoritas obligasi negara naik.

 

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang

Negara

Yield 11 Nov'19 (%)

Yield 12 Nov'19 (%)

Selisih (basis poin)

Brasil

6.66

6.64

-2.00

China

3.217

3.254

3.70

Jerman

-0.251

-0.248

0.30

Prancis

0.048

0.051

0.30

Inggris

0.805

0.812

0.70

India

6.554

6.561

0.70

Jepang

-0.063

-0.044

1.90

Malaysia

3.427

3.429

0.20

Filipina

4.598

4.61

1.20

Rusia

6.41

6.43

2.00

Singapura

1.824

1.818

-0.60

Thailand

1.65

1.72

7.00

Amerika Serikat

1.932

1.915

-1.70

Afrika Selatan

8.46

8.495

3.50

Sumber: Refinitiv



TIM RISET CNBC INDONESIA


(irv/irv) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular