
Analisis
Investor Wait & See, Rupiah Tipis Antara Menguat atau Melemah
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
12 November 2019 12:51

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah bergerak antara penguatan dan pelemahan tipis-tipis hingga pertengahan perdagangan Selasa (12/11/19). Pelaku pasar menanti perkembangan perundingan kesepakatan dagang Amerika Serikat (AS) dengan China lebih lanjut, yang sudah mempengaruhi pergerakan pasar sejak pekan lalu.
Rupiah membuka perdagangan hari ini dengan menguat tipis 0,04% ke Rp 14.052/US$, kemudian berbalik melemah 0,01%. Memasuki tengah hari Mata Uang Garuda berbalik menguat 0,09% ke level Rp 14.045/US$.
Pergerakan tersebut mencerminkan kehati-hatian pelaku pasar di perdagangan sesi Asia hari ini, apalagi nanti malam Presiden AS, Donald Trump, akan berbicara dalam forum Economic Club di New York.
Pernyataan terbaru dari Trump mengenai perkembangan negosiasi kesepakatan dagang tentunya akan dinanti para pelaku pasar.
Terakhir kali berbicara pada akhir pekan lalu, Trump mengatakan perundingan kesepakatan dagang dengan China berjalan dengan baik, tetapi hanya akan menandatangani kesepakatan dengan China jika hal tersebut menjadi yang terbaik bagi Negeri Paman Sam.
Trump juga menyatakan ada pemberitaan yang kurang tepat soal bea masuk. Sebelumnya, sempat beredar kabar bahwa AS-China sepakat untuk menghapus bea masuk yang berlaku selama masa perang dagang lebih dari setahun terakhir, sebagaimana dilansir CNBC International.
AS sudah mengenakan bea masuk terhadap importasi produk China senilai US$ 550 miliar. Sedangkan China membebankan bea masuk kepada impor produk made in the USA senilai US$ 185 miliar.
Seperti diketahui sebelumnya, China pada pekan lalu mengklaim jika sudah mencapai kesepakatan dengan AS untuk membatalkan sebagian bea masuk.
Mengutip CNBC International pada Kamis (7/11/19), Juru Bicara Kementerian Perdagangan China Gao Feng mengatakan baik AS maupun China setuju untuk membatalkan rencana pengenaan berbagai bea masuk. Perundingan yang konstruktif dalam dua pekan terakhir membuat kedua negara sudah dekat dengan kesepakatan damai dagang fase I.
Namun, Peter Navarro, Penasihat Perdagangan Gedung Putih, menegaskan bahwa belum ada kesepakatan soal penghapusan bea masuk. Dia menilai China melakukan klaim sepihak.
"Sampai saat ini belum ada kesepakatan mengenai pencabutan bea masuk sebagai syarat ditandatanganinya perjanjian damai dagang fase I. Mereka (China) mencoba bernegosiasi di ruang publik," tegas Navarro dalam wawancara bersama Fox Business Network, seperti dikutip dari Reuters.
Rupiah membuka perdagangan hari ini dengan menguat tipis 0,04% ke Rp 14.052/US$, kemudian berbalik melemah 0,01%. Memasuki tengah hari Mata Uang Garuda berbalik menguat 0,09% ke level Rp 14.045/US$.
Pergerakan tersebut mencerminkan kehati-hatian pelaku pasar di perdagangan sesi Asia hari ini, apalagi nanti malam Presiden AS, Donald Trump, akan berbicara dalam forum Economic Club di New York.
Terakhir kali berbicara pada akhir pekan lalu, Trump mengatakan perundingan kesepakatan dagang dengan China berjalan dengan baik, tetapi hanya akan menandatangani kesepakatan dengan China jika hal tersebut menjadi yang terbaik bagi Negeri Paman Sam.
Trump juga menyatakan ada pemberitaan yang kurang tepat soal bea masuk. Sebelumnya, sempat beredar kabar bahwa AS-China sepakat untuk menghapus bea masuk yang berlaku selama masa perang dagang lebih dari setahun terakhir, sebagaimana dilansir CNBC International.
AS sudah mengenakan bea masuk terhadap importasi produk China senilai US$ 550 miliar. Sedangkan China membebankan bea masuk kepada impor produk made in the USA senilai US$ 185 miliar.
Seperti diketahui sebelumnya, China pada pekan lalu mengklaim jika sudah mencapai kesepakatan dengan AS untuk membatalkan sebagian bea masuk.
Mengutip CNBC International pada Kamis (7/11/19), Juru Bicara Kementerian Perdagangan China Gao Feng mengatakan baik AS maupun China setuju untuk membatalkan rencana pengenaan berbagai bea masuk. Perundingan yang konstruktif dalam dua pekan terakhir membuat kedua negara sudah dekat dengan kesepakatan damai dagang fase I.
Namun, Peter Navarro, Penasihat Perdagangan Gedung Putih, menegaskan bahwa belum ada kesepakatan soal penghapusan bea masuk. Dia menilai China melakukan klaim sepihak.
"Sampai saat ini belum ada kesepakatan mengenai pencabutan bea masuk sebagai syarat ditandatanganinya perjanjian damai dagang fase I. Mereka (China) mencoba bernegosiasi di ruang publik," tegas Navarro dalam wawancara bersama Fox Business Network, seperti dikutip dari Reuters.
Next Page
Analisis Teknikal
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular