
Internasional
Rilis Q3, Inggris Berhasil Hindari Resesi
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
11 November 2019 17:35

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonomi Inggris berhasil terhindar dari resesi teknis. Ini terjadi setelah rilis data resmi pada hari Senin (11/11/2019) menunjukkan angka produk domestik bruto (PDB) kuartal III negara ini tumbuh 0,3%.
Pertumbuhan ini menandakan sedikit perbaikan dari pertumbuhan PDB di kuartal II yang berkontraksi 0,2%.
Meski demikian, secara year-on-year (YoY), pertumbuhan kuartal III melambat menjadi 1%. Ini merupakan pertumbuhan paling lambat sejak tiga bulan pertama di 2010.
Secara month-to-month, PDB September tercatat berkontraksi 0,1%. Sementara data manufaktur untuk September mencatatkan penurunan 0,4% dari Agustus dan turun 1,8% dari September 2019.
Kedua hasil itu jauh lebih buruk dari proyeksi konsensus yang dihimpun oleh Reuters. Setelah rilis data ini, nilai pound merosot ke US$ 1,2797 dari US$ 1,2804 pada saat sebelum data rilis.
Menanggapi hal ini, Ross Walker, Kepala Ekonomi Inggris & Eropa di Pasar Natwest, mengatakan angka-angka itu sedikit mengecewakan.
Walker mengatakan ada sedikit pertumbuhan dalam penjualan ritel dan dia berharap hal ini akan mampu menopang pertumbuhan sedikit lebih tinggi.
"Pertumbuhan underlying di Inggris jelas di bawah tren," katanya.
Seperti diketahui, ekonomi Inggris telah banyak dikhawatirkan akan terjerat ke dalam resesi akibat rumitnya proses yang dialami negara untuk dapat meninggalkan Uni Eropa (UE) atau Brexit.
Bahkan, Brexit yang tanpa kesepakatan atau no-deal Brexit, diperkirakan bisa memangkas pertumbuhan kerajaan itu hingga 3% dalam tiga tahun ke depan.
Inggris juga diperkirakan akan menjadi negara dengan pertumbuhan paling lambat diantara 35 negara kaya di dunia. Di mana rata-rata perlambatan pertumbuhan negara eropa lain hanya 0,6%.
Hal itu disampaikan Kepala Ekonom Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) Laurence Boone sebagaimana dikutip dari The Guardian beberapa waktu lalu.
"Hal terbaik adalah menghindari Brexit tanpa-kesepakatan dan untuk tetap sedekat mungkin dengan UE," katanya.
(sef/sef) Next Article Cerai Dari Eropa, Ekonomi Inggris Bisa Jeblok 3%
Pertumbuhan ini menandakan sedikit perbaikan dari pertumbuhan PDB di kuartal II yang berkontraksi 0,2%.
Meski demikian, secara year-on-year (YoY), pertumbuhan kuartal III melambat menjadi 1%. Ini merupakan pertumbuhan paling lambat sejak tiga bulan pertama di 2010.
Secara month-to-month, PDB September tercatat berkontraksi 0,1%. Sementara data manufaktur untuk September mencatatkan penurunan 0,4% dari Agustus dan turun 1,8% dari September 2019.
Menanggapi hal ini, Ross Walker, Kepala Ekonomi Inggris & Eropa di Pasar Natwest, mengatakan angka-angka itu sedikit mengecewakan.
Walker mengatakan ada sedikit pertumbuhan dalam penjualan ritel dan dia berharap hal ini akan mampu menopang pertumbuhan sedikit lebih tinggi.
"Pertumbuhan underlying di Inggris jelas di bawah tren," katanya.
Seperti diketahui, ekonomi Inggris telah banyak dikhawatirkan akan terjerat ke dalam resesi akibat rumitnya proses yang dialami negara untuk dapat meninggalkan Uni Eropa (UE) atau Brexit.
Bahkan, Brexit yang tanpa kesepakatan atau no-deal Brexit, diperkirakan bisa memangkas pertumbuhan kerajaan itu hingga 3% dalam tiga tahun ke depan.
Inggris juga diperkirakan akan menjadi negara dengan pertumbuhan paling lambat diantara 35 negara kaya di dunia. Di mana rata-rata perlambatan pertumbuhan negara eropa lain hanya 0,6%.
Hal itu disampaikan Kepala Ekonom Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) Laurence Boone sebagaimana dikutip dari The Guardian beberapa waktu lalu.
"Hal terbaik adalah menghindari Brexit tanpa-kesepakatan dan untuk tetap sedekat mungkin dengan UE," katanya.
(sef/sef) Next Article Cerai Dari Eropa, Ekonomi Inggris Bisa Jeblok 3%
Most Popular