
Internasional
Cerai Dari Eropa, Ekonomi Inggris Bisa Jeblok 3%
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
20 September 2019 16:30

Jakarta, CNBC Indonesia - Keluarnya Inggris dari Uni Eropa tanpa kesepakatan atau no-deal Brexit, bisa memangkas pertumbuhan kerajaan itu hingga 3% dalam tiga tahun ke depan.
Inggris akan menjadi negara dengan pertumbuhan paling lambat diantara 35 negara kaya di dunia. Di mana rata-rata perlambatan pertumbuhan negara eropa lain hanya 0,6%.
Pasalnya, Inggris akan kehilangan kemudahan akses di perbatasan ketika keluar dari Eropa 31 Oktober nanti. Ini diprediksi bisa membawa Inggris ke dalam resesi tahun depan.
Hilangnya perdagangan, investasi, dan pengetahuan teknis, ditambah penurunan mata uang pound juga akan memperlambat tingkat pertumbuhan Inggris hingga 2022.
"Hal terbaik adalah menghindari Brexit tanpa-kesepakatan dan untuk tetap sedekat mungkin dengan UE," kata Kepala Ekonom Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) Laurence Boone sebagaimana dikutip dari The Guardian.
OECD mengatakan perjanjian yang dibuat sebelum tenggat waktu 31 Oktober akan membatasi penurunan laju pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Inggris. Yakni menjadi 0,9% pada 2020, dari 1% tahun ini.
Tetapi meninggalkan Uni Eropa tanpa kesepakatan akan menyebabkan kontraksi 1% tahun depan dan penurunan 0,5% lebih lanjut untuk pertumbuhan pada 2021 dan 2022.
Boone mengatakan memang beberapa penurunan dapat diimbangi dengan stimulus moneter tambahan oleh bank sentral Inggris, Bank of England. Tetapi sulit untuk memperkirakan seberapa besar dampak ini akan berpengaruh.
Dalam pernyataannya, Boone juga mengaku khawatir pada ekonomi dunia ke depan. terutama akibat perang dagang dan negosiasi Brexit. Bahkan, ia berujar tekanan pada ekonomi global berisiko permanen.
"Kekhawatirannya adalah tingkat ketidakpastian yang tinggi berlangsung begitu lama sehingga kita menghadapi risiko rendahnya tingkat perdagangan dan investasi semakin mengakar. Dan itu akan membuat negara-negara semakin terpapar goncangan finansial," jelasnya.
Investasi global turun menjadi 1% pada kuartal kedua 2019. Perdagangan dunia turun dari tingkat pertumbuhan tahunan sebesar 6% pada 2016 menjadi 0,6% pada kuartal kedua tahun ini.
Boone mengatakan situasi itu kemungkinan akan semakin memburuk jika negara-negara ekonomi terbesar dunia, termasuk AS dan China, terus meningkatkan ketegangan dengan menaikkan tarif impor.
(sef/sef) Next Article Rilis Q3, Inggris Berhasil Hindari Resesi
Inggris akan menjadi negara dengan pertumbuhan paling lambat diantara 35 negara kaya di dunia. Di mana rata-rata perlambatan pertumbuhan negara eropa lain hanya 0,6%.
Pasalnya, Inggris akan kehilangan kemudahan akses di perbatasan ketika keluar dari Eropa 31 Oktober nanti. Ini diprediksi bisa membawa Inggris ke dalam resesi tahun depan.
Hilangnya perdagangan, investasi, dan pengetahuan teknis, ditambah penurunan mata uang pound juga akan memperlambat tingkat pertumbuhan Inggris hingga 2022.
"Hal terbaik adalah menghindari Brexit tanpa-kesepakatan dan untuk tetap sedekat mungkin dengan UE," kata Kepala Ekonom Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) Laurence Boone sebagaimana dikutip dari The Guardian.
OECD mengatakan perjanjian yang dibuat sebelum tenggat waktu 31 Oktober akan membatasi penurunan laju pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Inggris. Yakni menjadi 0,9% pada 2020, dari 1% tahun ini.
Tetapi meninggalkan Uni Eropa tanpa kesepakatan akan menyebabkan kontraksi 1% tahun depan dan penurunan 0,5% lebih lanjut untuk pertumbuhan pada 2021 dan 2022.
Boone mengatakan memang beberapa penurunan dapat diimbangi dengan stimulus moneter tambahan oleh bank sentral Inggris, Bank of England. Tetapi sulit untuk memperkirakan seberapa besar dampak ini akan berpengaruh.
Dalam pernyataannya, Boone juga mengaku khawatir pada ekonomi dunia ke depan. terutama akibat perang dagang dan negosiasi Brexit. Bahkan, ia berujar tekanan pada ekonomi global berisiko permanen.
"Kekhawatirannya adalah tingkat ketidakpastian yang tinggi berlangsung begitu lama sehingga kita menghadapi risiko rendahnya tingkat perdagangan dan investasi semakin mengakar. Dan itu akan membuat negara-negara semakin terpapar goncangan finansial," jelasnya.
Investasi global turun menjadi 1% pada kuartal kedua 2019. Perdagangan dunia turun dari tingkat pertumbuhan tahunan sebesar 6% pada 2016 menjadi 0,6% pada kuartal kedua tahun ini.
Boone mengatakan situasi itu kemungkinan akan semakin memburuk jika negara-negara ekonomi terbesar dunia, termasuk AS dan China, terus meningkatkan ketegangan dengan menaikkan tarif impor.
(sef/sef) Next Article Rilis Q3, Inggris Berhasil Hindari Resesi
Most Popular