Ekonomi Inggris Diramal Minus 14%, Terburuk dalam 3 Abad

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
07 May 2020 19:50
Inggris Meninggalkan Eropa. (AP Photo/Francisco Seco)
Foto: Inggris Meninggalkan Eropa. (AP Photo/Francisco Seco)
Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Sentral Inggris (Bank of England/BoE) mengumumkan kebijakan moneter pada hari Kamis (7/5/2020), dan memberikan outlook perekonomian yang suram.

BoE masih mempertahankan suku bunga acuan sebesar 0,1%, tetapi menyatakan siap bertindak jika dibutuhkan untuk membantu perekonomian yang merosot akibat pandemi penyakit virus corona (Covid-19).

Komite Kebijakan Moneter (Monetary Policy Committee/MPC) secara bulat memutuskan mempertahankan suku bunga acuan 0,1%. Sementara 7 dari 9 anggota komite memilih tetap mempertahankan program pembelian aset (quantitative easing/QE) sebesar 200 miliar poundsterling, sehingga total QE yang digelontorkan BoE sebesar 645 miliar poundsterling. Sementara 2 anggota lainnya memilih untuk menambah QE 100 miliar.



Bank sentral yang dipimpin oleh Andrew Bailey ini memberikan "skenario ilustratif" perekonomian Inggris di tahun ini, yang diprediksi menjadi yang terburuk dalam lebih dari 300 tahun terakhir. Sepanjang triwulan I-2020, pertumbuhan ekonomi Inggris diprediksi minus alias berkontraksi 25%.

Dampaknya sepanjang tahun 2020 kontraksi diramal sebesar 14%, atau yang terburuk sejak tahun 1706, berdasarkan data historis yang dimiliki BoE.
Meski demikian, ekonomi Inggris diprediksi akan segera bangkit setelah lockdown dilonggarkan dan pandemi Covid-19 berhasil dihentikan.

Perekonomian diprediksi akan kembali tumbuh seperti sebelum dilanda Covid-19 pada semester II-2021, dan tumbuh 3% di tahun 2022.
Meski demikian, proyeksi tersebut juga tergantung bagaimana penanggulangan Covid-19 di Inggris dan dunia.

"MPC akan terus memantau situasi dengan cermat dan konsisten sesuai kewenangan, siap untuk mengambil tindakan jika diperlukan untuk mendukung perekonomian dan memastikan inflasi kembali menuju target 2%," kata BoE dalam laporannya.



(pap/pap) Next Article Gara-gara Brexit, Pertumbuhan Ekonomi Inggris 0% di Q4-2019

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular