Internasional

Belum Tentu Mulus, Ini 10 Risiko yang Menghadang IPO Aramco

Sefti Oktarianisa, CNBC Indonesia
11 November 2019 12:53
Aramco menghadapi sejumlah risiko bisnis ke depan
Foto: Kondisi fasilitas minyak Aramco usai serangan drone (REUTERS/Hamad l Mohammed)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pengumuman masa penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) Saudi Aramco segera dilakukan 17 November nanti.
Harga final per saham akan ditentukan 5 Desember. Setidaknya ada 0,5% saham yang dilepas ke investor.


Meski perusahaan ini merupakan salah satu perusahaan yang paling profit di dunia, dengan valuasi US$ 1,2 triliun (Rp 16,817 triliun) hingga US$ 2,3 triliun (Rp 32,233 triliun), tapi bisnis Aramco memiliki banyak risiko.

Berikut enam risiko yang perlu diperhatikan investor, sebagaimana dilansir dari CNBC International.



1. Isu perubahan iklim dan permintaan minyak

Isu perubahan iklim akan mempengaruhi permintaan dan harga minyak. Ini menjadi tantangan bagi bisnis Aramco ke depan.

Perubahan iklim menitikberatkan minyak sebagai bahan bakar fosil yang merusak lingkungan. Perusahaan pun terancam mengeluarkan modal dan biaya tambahan untuk memenuhi sejumlah protokol iklim.

2. Terorisme dan serangan terhadap fasilitas minyak

Hal ini terkait dengan potensi kekerasan di Timur Tengah. Bukan rahasia lagi, kilang minyak Saudi, pernah beberapa kali jadi korban serangan sejumlah musuh negara itu.

September kemarin ladang minyak di Abqaiq diserang oleh kelompok Houthi Yaman. Alhasil produksi 50% minyak terganggu.

3. Peningkatan dari permintaan kendaraan listrik

Pasokan, permintaan dan harga minyak dipengaruhi banyak faktor yang kadang tak bisa dikontrol perusahaan. Di antaranya adalah pertumbuhan kendaraan listrik.

Selain itu tren transportasi ride-sharing juga menjadi batu sandungan lain. Kemungkinan kedua hal ini bisa mempengaruhi bisnis Aramco ke depan.

4. Permintaan signifikan dari Asia

Asia memiliki porsi signifikan dalam permintaan minyak. Di mana Asia membeli 69% hingga 71% minyak Aramco dari 2016-2018.

5. Kesulitan mengestimasi cadangan minyak Saudi

Hal lain yang menjadi masalah adalah sulitnya mengetahui dengan pasti berapa cadangan minyak yang dimiliki Saudi. Cadangan minyak hanya berdasar pada interpretasi, asumsi dan penilaian yang kadang sangat subjektif.

6. Risiko operasi seperti kebakaran dan ledakan

Sebagaimana perusahaan lain, perusahaan ini juga menghadapi banyak risiko teknikal dalam operasional. Termasuk sejumlah kecelakaan seperti tumpahan minyak atau gas mentah, kebocoran dan pecahnya pipa, kebocoran tangki penyimpanan dan kecelakaan yang melibatkan ledakan.

7. Regulator dan pengawasan pada partner Aramco

Penyalahgunaan saksi dan pembatasan perdagangan seperti korupsi dan penyuapan dipastikan akan berdampak pada perusahaan. Tidak ada jaminan perusahaan ini akan menjunjung tinggi kebijakan tata kelola perusahaan dengan baik.

8. Kampanye bahaya plastik pada lingkungan

Risiko lain adalah terkait dengan peraturan bahan kimia dan plastik. Pasalnya seiring meningkatnya kesadaran masyarakat akan lingkungan, peraturan terkait hal ini akan semakin ketat ke depan.

9. Keterbatasan pengalaman Aramco dalam mengatur perusahaan publik

Manajemen perusahaan tak memiliki banyak pengalaman dalam mengelola perusahaan publik termasuk berinteraksi dengan investor. Kompleksitas aturan hukum, dan kewajiban lain juga patut dipertanyakan pada manajemen.

10. Ekonomi Arab Saudi yang sangat tergantung pada minyak

Keuangan kerjaan Saudi sangat bergantung pada industri hidrokarbon. Per 31 Desember 2016 dan 2017, industri ini bahkan berkontribusi 44% dan 43% dari PDB negara.

[Gambas:Video CNBC]





(sef/gus) Next Article Arab Saudi Ganti Lagi Menteri Perminyakan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular