
Saham Bank Jeblok Karena Jokowi Minta Bunga Turun, Yakin?

Secara historis, November merupakan bulan yang kurang bersahabat bagi pasar saham tanah air.
Tim Riset CNBC Indonesia menghitung imbal hasil IHSG secara bulanan dalam periode sepuluh tahun terakhir (2009-2018). Hasilnya, dalam 10 bulan November terakhir, IHSG membukukan koreksi sebanyak tujuh kali. IHSG hanya menguat tiga kali secara bulanan pada 10 bulan November terakhir.
Koreksi terparah IHSG dalam 10 bulan November terakhir terjadi pada November 2013. Kala itu, IHSG ambruk hingga 5,64% jika dibandingkan dengan posisi per akhir Oktober 2013.
Untuk diketahui, bulan November menjadi satu di antara dua bulan yang secara rata-rata membukukan imbal hasil negatif dalam 10 tahun terakhir. Selain di bulan November, hal serupa bisa didapati di bulan Agustus.
Ketika IHSG memiliki sejarah yang kelam di bulan November, bisa ditebak saham-saham apa saja yang berkontribusi signifikan dalam menekan kinerja IHSG, yakni saham-saham sektor jasa keuangan, khususnya perbankan.
Pasalnya, sektor jasa keuangan dari tahun ke tahun selalu menjadi sektor dengan bobot terbesar dalam pembentukan IHSG. Per penutupan perdagangan kemarin, indeks sektor jasa keuangan menyumbang sebesar 33,08% dari total kapitalisasi pasar IHSG.
Dalam 10 bulan November terakhir, indeks sektor jasa keuangan membukukan koreksi sebanyak enam kali. Koreksi terparah indeks sektor jasa keuangan dalam 10 bulan November terakhir terjadi pada November 2013. Kala itu, indeks sektor jasa keuangan ambruk hingga 7,84% jika dibandingkan dengan posisi per akhir Oktober 2013.
Jika dirata-rata, dalam 10 bulan November terakhir, indeks sektor jasa keuangan membukukan koreksi sebesar 1,13%. Pada November 2019 (hingga penutupan perdagangan kemarin), indeks sektor jasa keuangan baru membukukan koreksi sebesar 0,66%.
Lantas, bisa disimpulkan bahwa memang biasanya saham-saham perbankan akan mendapatkan tekanan di bulan November. Bahkan kalau berkaca kepada sejarah, tentu masih terbuka ruang bagi saham-saham perbankan untuk kembali membukukan koreksi di sisa bulan ini.
Jadi sekali lagi, tak tepat jika ada yang mengaitkan ambruknya harga saham bank BUKU IV dengan permintaan dari Jokowi kepada para bankir untuk menurunkan tingkat suku bunga kredit.
Yang benar, saham-saham perbankan dilego seiring dengan lesunya laju perekonomian yang pada akhirnya mempengaruhi performa perbankan dalam menyalurkan kredit. Selain itu, kebiasaan dari pelaku pasar yang sering melego saham-saham perbankan pada bulan November ikut berkontribusi terhadap koreksi yang kita dapati dalam beberapa hari terakhir.
Kalau ternyata ada pelaku pasar yang melego kepemilikannya atas saham-saham perbankan lantaran takut bahwa pemerintah akan mengintevensi penentuan tingkat suku bunga kredit perbankan, ya mereka salah kaprah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
