Saham Bank Jeblok Karena Jokowi Minta Bunga Turun, Yakin?

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
08 November 2019 21:55
Perekonomian Lesu
Foto: Pidato Jokowi (CNBC Indonesia TV)

Salah satu faktor utama dibalik aksi jual yang begitu deras menerpa saham-saham perbankan adalah laju perekonomian Indonesia yang begitu lesu.

Pada awal pekan ini tepatnya hari Selasa (5/11/2019), Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka pertumbuhan ekonomi untuk periode kuartal III-2019. Sepanjang tiga bulan ketiga tahun ini, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,02% secara tahunan (year-on-year/YoY).

Untuk diketahui, pada kuartal I-2019 perekonomian Indonesia tercatat tumbuh sebesar 5,07% secara tahunan, disusul oleh pertumbuhan sebesar 5,05% secara tahunan pada kuartal II-2019.

Angka pertumbuhan ekonomi pada tiga bulan pertama tahun ini sedikit berada di atas capaian periode yang sama tahun sebelumnya (kuartal I-2018) yang sebesar 5,06%. Sementara untuk periode kuartal-II 2019, pertumbuhan ekonomi jauh lebih rendah jika dibandingkan capaian kuartal II-2018 yang mencapai 5,27%.


Pada kuartal III-2019, angka pertumbuhan ekonomi yang hanya mencapai 5,02% tersebut lantas berada di bawah capaian periode kuartal I-2019 dan kuartal II-2019. Capaian tersebut juga jauh lebih rendah dari capaian pada kuartal III-2018 kala perekonomian Indonesia mampu tumbuh 5,17% secara tahunan.

Lantas, secara keseluruhan laju perekonomian di sepanjang tahun 2019 terbilang mengecewakan, hampir mustahil untuk mampu tumbuh sesuai dengan target pemerintah yang sebesar 5,3%.

Ketika perekonomian begitu lesu seperti saat ini, saham-saham sektor perbankan memang menjadi salah satu yang memiliki kecenderungan untuk dilego pelaku pasar. Pasalnya, ketika aktivitas ekonomi lesu, penyaluran kredit juga akan tertekan yang pada akhirnya akan membuat pendapatan dari perbankan ikut tertekan.

Lemahnya perekonomian Indonesia kemudian diafirmasi oleh rilis publikasi Survei Penjualan Eceran (SPE) periode September 2019 oleh BI pada hari Rabu (6/11/2019).

Untuk periode September 2019, survei BI menunjukkan bahwa penjualan barang-barang ritel hanya tumbuh tipis sebesar 0,7% secara tahunan (year-on-year/YoY), sangat jauh di bawah capaian periode yang sama tahun lalu (September 2018) yang mencapai 4,8% YoY.

Untuk diketahui,sudah sedari bulan Mei pertumbuhan penjualan barang-barang ritel tak bisa mengalahkan capaian periode yang sama tahun sebelumnya. Bahkan pada bulan Juni, penjualan barang-barang ritel terkontraksi 1,8% secara tahunan. Pada Juni 2018, diketahui ada pertumbuhan sebesar 2,3% YoY.



Dalam sembilan bulan pertama tahun ini, penyaluran kredit bank-bank BUKU IV terbilang sudah terdampak oleh lesunya laju perekonomian. Per akhir kuartal III-2018, penyaluran kredit BBCA, BBRI, BMRI, dan BBNI tercatat meningkat masing-masing sebesar 17,3%, 16,5%, 13,8%, dan 15,6% jika dibandingkan dengan posisi pada periode yang sama tahun sebelumnya. Per akhir kuartal III-2019, pertumbuhannya melambat menjadi masing-masing sebesar 10,9%, 11,6%, 7,8%, dan 14,7%.

(ank/ank)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular