IHSG Menguat, tapi Asing Kabur di BBCA, BBRI, & BMRI Rp 725 M

tahir saleh, CNBC Indonesia
08 November 2019 16:35
Tiga saham bank papan atas Tanah Air ternyata ramai dilepas investor asing (net sell) dengan nilai total menembus Rp 725 miliar.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Luthfi Rahman

Jakarta, CNBC Indonesia - Kendati Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,20% di level 6.177,99 pada penutupan perdagangan Jumat ini (8/11/2019), tiga saham bank papan atas Tanah Air ternyata ramai dilepas investor asing (net sell) dengan nilai total menembus Rp 725 miliar.

Sebagai perbandingan, data perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, total net sell asing di semua pasar, Jumat ini, mencapai Rp 988,99 miliar. Di pasar reguler terjadi net sell asing Rp 735,50 miliar. Itu artinya, total aksi jual bersih tiga bank tersebut mencapai 98,57% dari total net sell di pasar reguler.

Data BEI menunjukkan, saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) paling banyak dilepas asing mencapai Rp 335,48 miliar. Saham BBCA pun turun 0,08% di level Rp 31.400/saham.


Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBR) juga ramai dilepas asing Rp 258,95 miliar dengan koreksi harga saham Rp 0,25% di level Rp 3.990/saham.

Adapun saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) juga dijual asing hingga Rp 130,14 miliar, tapi besarnya aksi beli dari investor domestik membuat saham Bank Mandiri justru menguat 1,43% di level Rp 7.100/saham.

Di luar saham perbankan, tiga emiten berkapitalisasi di atas Rp 100 triliun juga dilepas asing hari ini. Saham PT Astra International Tbk (ASII) dijual asing Rp 86,19 miliar dengan koreksi saham 1,49% di level Rp 6.625/saham. Kapitalisasi pasar Astra hari ini sebesar Rp 268,20 triliun.


Saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) juga terjadi net sell Rp 83,64 miliar. Tapi besarnya aksi beli investor lokal membuat saham TLKM menguat 0,98% di level Rp 4.110/saham. Kapitalisasi saham TLKM sebesar Rp 407,15 triliun.

Sementara itu, saham PT Gudang Garam Tbk (GGRM) terjadi net sell Rp 20,81 miliar, sahamnya juga menguat 1,47% di level 53.500/saham, dengan kapitalisasi Rp 102,94 triliun.

Aksi jual pada saham-saham bank juga berlanjut setelah kemarin juga terjadi net sell dan membuat kinerja indeks sektor keuangan terkoreksi 0,96% ke level 1.269,19 indeks poin.

Pernyataan Presiden Joko Widodo yang meminta perbankan nasional menurunkan bunga kredit menjadi pemicu koreksi saham-saham bank.

"Ketiga, saya mengajak untuk memikirkan secara serius untuk menurunkan suku bunga kredit," ujar Jokowi saat perhelatan Indonesia Banking Expo 2019, Rabu (6/11/2019).

Menurut Jokowi, negara lain sudah menurunkan bunga kreditnya termasuk juga Bank Indonesia (BI) yang telah menurunkan bunga acuannya. Terlebih lagi mengingat BI yang bermarkas di MH Thamrin telah memangkas BI 7-Day Reverse Repo Rate sebanyak 4 kali beruntun dengan total penurunan 100 basis poin ke level 5%.

Meskipun demikian, pelaku industri merespons bahwa penurunan suku bunga kredit tak bisa serta merta langsung dilakukan setelah BI menurunkan suku bunga acuan. Hal ini dikarenakan perlu dilakukan penyesuaian terkait jatuh tempo kewajiban yang dimiliki bank saat ini.

"Kita masih punya liabilitas yang jatuh temponya satu bulan ketika suku bunga turun hari ini, artinya itu masih butuh transmisi dan butuh waktu," kata Sunarso, Direktur Utama BBRI di Hotel Fairmont, Jakarta, Rabu (6/11/2019).

Manajemen PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) juga menyebutkan saat ini biaya bunga yang dicatatkan cukup tinggi di level 3,2%.

"Kita sekarang lagi turun dulu pelan-pelan kan kemarin 3,2%. Kita lihat pelan-pelan. Kalau
cost of fund turun kita baru berani nurunin [bunga kredit]," kata Ario Bimo, Direktur Keuangan BBNI.


Aprindo: jangan lama-lama turunin suku bunga

[Gambas:Video CNBC]

 


(tas/hoi) Next Article Diincar OCBC, Saham Bank Permata Berbalik Melemah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular