Loyo Lagi, Rupiah Terancam Di-Hat-trick Dolar Singapura

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
08 November 2019 15:44
Mata uang Garuda justru melemah di saat data ekonomi dalam negeri cukup bagus.
Foto: Dollar Singapur (REUTERS/Thomas White)
Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah kembali melemah melawan dolar Singapura pada perdagangan Jumat (8/11/19) setelah Kamis kemarin mencatat pelemahan dalam 2 hari berturut-turut.

Pada pukul 15:21 WIB, SG$ 1 dibanderol Rp 10.309,81, rupiah melemah 0,05% dibandingkan penutupan perdagangan pasar spot, Kamis kemarin. Rupiah kini terancam di-hat-trick alias melemah 3 hari beruntun melawan dolar Singapura.

Mata uang Garuda justru melemah di saat data ekonomi dalam negeri cukup bagus. Kamis kemarin, Bank Indonesia (BI) melaporkan cadangan devisa per 31 Oktober 2019 sebesar US$ 126,7 miliar. Angka ini meningkat US$ 2,4 miliar dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat US$ 124,3 miliar.



Terbaru pada hari ini, BI melaporkan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan III-2019.

Pada periode tersebut, NPI mencatatkan defisit US$ 46 juta lebih rendah dibandingkan dengan defisit pada triwulan sebelumnya sebesar US$ 2,0 miliar.

Sementara Defisit neraca transaksi berjalan (CAD/Current Account Deficit) membaik. CAD triwulan III tercatat sebesar US$ 7,7 miliar atau 2,7% dari produk domestik bruto (PDB), dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,9% dari PDB.

Sementara itu, Singapura Kamis kemarin juga melaporkan data cadangan devisa yang naik tipis menjadi SG$ 376,7 miliar di bulan Oktober dari bulan sebelumnya SG$ 376,5 miliar.



Peningkatan cadangan devisa tersebut, meski tipis, tetap mampu mempertahankan kinerja dolar Singapura melawan rupiah. Selain itu, pasang surut kesepakatan dagang Amerika Serikat (AS) dengan China turut mempengaruhi pergerakan rupiah melawan mata uang Negeri Merlion.

Jika kemarin pasar mendapat angin segar dari China yang mengatakan kedua negara sudah setuju untuk membatalkan beberapa bea masuk, kini AS malah membantah pernyataan tersebut.

Reuters memberitakan penghapusan bea masuk menimbulkan pertentangan di internal pemerintahan AS. Beberapa sumber mengungkapkan bahwa terjadi penolakan terhadap rencana tersebut.



"Tidak ada kesepakatan yang spesifik soal pencabutan bea masuk. Pihak AS masih bersikap ambigu, sementara China memang sangat berharap (penghapusan bea masuk) bisa terwujud," tegas Michael Pillsbury, penasihat Presiden AS Donald Trump yang berada di luar pemerintahan.

Peter Navarro, Penasihat Perdagangan Gedung Putih, juga menegaskan bahwa belum ada kesepakatan soal penghapusan bea masuk. Dia menilai China melakukan klaim sepihak.

"Sampai saat ini belum ada kesepakatan mengenai pencabutan bea masuk sebagai syarat ditandatanganinya perjanjian damai dagang fase I. Mereka (China) mencoba bernegosiasi di ruang publik," tegas Navarro dalam wawancara bersama Fox Business Network, seperti dikutip dari Reuters.

Bantahan dari AS sebenarnya berdampak buruk baik bagi rupiah maupun dolar Singapura. Terbukti pada perdagangan hari ini, rupiah juga sempat menguat 0,09% melawan dolar Singapura, sebelum melemah kembali.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/tas) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular