Damai Dagang Tak Tentu, CAD Masih Ditunggu, Rupiah Pun Lesu

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
08 November 2019 08:35
Damai Dagang Tak Tentu, CAD Masih Ditunggu, Rupiah Pun Lesu
Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di perdagangan pasar spot pagi ini. Dolar AS kembali berada di kisaran Rp 14.000.

Pada Jumat (8/11/2019), US$ 1 setara dengan Rp 14.005 kala pembukaan pasar spot. Rupiah melemah 0,11% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Seiring perjalanan pasar, rupiah semakin melemah. Pada pukul 08:24 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.015 di mana rupiah melemah 0,18%.

Kemarin, rupiah berhasil mengakhiri perdagangan pasar spot dengan penguatan 0,14% terhadap dolar AS. Penguatan rupiah cukup dramatis, karena baru terjadi jelang penutupan pasar.

Kabar soal damai dagang AS-China menjadi pendongrak rupiah dan mata uang Asia lainnya. Kementerian Perdagangan China menyatakan bahwa kedua negara sepakat untuk menghapus seluruh bea masuk yang sudah dikenakan selama periode perang dagang yang berlangsung lebih dari setahun terakhir.

"Kedua pihak sepakat untuk membatalkan bea masuk secara bertahap. Proses negosiasi berjalan dengan sangat baik," kata Gao Feng, Juru Bicara Kementerian Perdagangan China, seperti diwartakan Reuters.


Sejauh ini, AS sudah mengenakan bea masuk terhadap importasi produk China senilai US$ 550 miliar. Sementara China balas membebankan bea masuk terhadap impor produk made in the USA senilai US$ 185 miliar.

Pernyataan soal penghapusan bea masuk juga dikonfirmasi oleh Washington. Seorang pejabat pemerintah AS yang enggan disebutkan namanya mengungkapkan kepada Reuters bahwa penghapusan bea masuk menjadi salah satu poin dalam perjanjian damai dagang fase I.




Memang belum ada pernyataan resmi mengenai hal ini. Gedung Putih masih memberikan pernyataan yang normatif, meski nadanya sangat optimistis.

"Kami sangat optimistis bahwa kesepakatan akan tercapai. Saya tidak bisa mendahului, tetapi kesepakatan akan tercapai dalam waktu dekat," kata Stephanie Grisham, Juru Bicara Gedung Putih, seperti dikutip dari Reuters.

Namun pagi ini optimisme pasar redup lagi. Pasalnya, beredar kabar bahwa penghapusan bea masuk menimbulkan pertentangan di internal pemerintahan AS. Beberapa sumber mengungkapkan kepada Reuters bahwa terjadi penolakan terhadap rencana tersebut.

"AS masih ambigu soal penghapusan bea masuk. China memang sangat berharap dan mereka mengerahkan segala upaya untuk menuju ke sana," tegas Michael Pillburry, salah satu penasihat Presiden AS Donald Trump yang tidak masuk di pemerintahan, seperti diberitakan Reuters.


Setelah kabar tersebut menyebar, pelaku pasar kembali menarik diri. Ada kekhawatiran AS-China bisa batal mencapai damai dagang. Ini membuat rupiah dan mata uang Asia lainnya terjerumus ke zona merah.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 08:25 WIB:

 



Sementara dari dalam negeri, pelaku pasar juga menantikan rilis data penting yaitu Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal III-2019. Pos yang akan dicermati oleh pelaku pasar adalah transaksi berjalan (current account).

Transaksi berjalan menggambarkan pasokan devisa dari ekspor-impor barang dan jasa. Pasokan valas dari pos ini dinilai lebih stabil, lebih tahan lama, sehingga mampu menopang stabilitas nilai tukar.

Masalahnya, transaksi berjalan Indonesia terus mencatat defisit sejak 2011. Ini membuat rupiah rentan berfluktuasi cenderung melemah kala terjadi guncangan di perekonomian, sebab mata uang Tanah Air bergantung kepada pasokan devisa dari investasi portofolio di sektor keuangan (hot money) yang bisa datang dan pergi kapan saja.


Pada kuartal II-2019, defisit transaksi berjalan mencapai 3,04% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Namun pada kuartal III-2019, sepertinya defisit itu akan melandai di bawah 3% PDB.

Sebab kinerja neraca perdagangan pada kuartal III-2019 jauh membaik ketimbang kuartal sebelumnya. Net ekspor juga sudah memberikan kontribusi positif dalam pembentukan PDB kuartal III-2019 setelah kuartal sebelumnya negatif.

Jika benar transaksi berjalan Indonesia membaik pada periode Juli-September 2019, maka bisa menjadi sentimen positif bagi rupiah. Pasokan valas dari ekspor-impor barang dan jasa, walau masih seret, tetapi tidak separah kuartal sebelumnya.




TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular