Jadi Pengamat Saham, Dahlan Iskan Analisis IPO Aramco

tahir saleh, CNBC Indonesia
08 November 2019 06:57
Ini Masa Depan Arab Saudi
Foto: REUTERS/Hamad I Mohammed
Mengacu siaran pers Saudi Aramco, pada semester I-2019, perusahaan berhasil mencetak laba bersih sebesar US$ 46,9 miliar atau setara dengan Rp 661 triliun, turun 12% dibandingkan dengan US$ 53,0 miliar untuk periode yang sama tahun lalu.

Sementara laba sebelum bunga dan pajak pada periode tersebut yakni US$ 92,5 miliar, turun 9% dibandingkan dengan US$ 101,3 miliar periode yang sama setahun sebelumnya.

Fitch mencatat, sepanjang 2018, Saudi Aramco masih menjadi produsen minyak terbesar di dunia dari sisi volume mengalahkan rekan-rekan regionalnya seperti perusahaan minyak nasional Abu Dhabi, ADNOC dan perusahaan minyak Royal Dutch Shell, Total dan BP.


"Saudi Aramco adalah produsen minyak terbesar di dunia berdasarkan volume. Pada tahun 2018 produksi cairan dan total produksi hidrokarbonnya rata-rata setara dengan 11,6 juta dan 13,6 juta barel minyak per hari, jauh melampaui outputhulu terintegrasi global dan regional produsen seperti ADNOC, Shell, Total dan BP," kata Fitch, mengutip Reuters.

Proyek IPO Aramco ini pertama kali diumumkan pada tahun 2016 sebagai landasan rencana Visi 2030 Kerajaan Arab Saudi untuk memodernisasi ekonominya. Ini adalah ambisi dari Putra Mahkota Mohammed bin Salman yang ingin merombak struktur ekonomi negara tersebut yang selama ini bergantung pada minyak.

Lalu apa masa depan Arab Saudi?

Dahlan, dalam analisisisnya, mengatakan Arab Saudi akan mencetak sejarah berikutnya yakni membangun kota masa depan. "Namanya Neom City, kota نيوم," kata Dahlan.

Kota baru itu letaknya tak terpikirkan oleh orang biasa: berada di pojok utara negara itu, di Provinsi Tabuk. Kota inilah yang akan menjadi mustaqbal atau masa depan Arab Saudi yang baru.

"Lokasi ini sepelemparan batu dari Mesir. Berbatasan pula dengan Israel dan Jordania. Boleh dikata Neom berada di segitiga sangar itu. Dengan Mesir sebenarnya tidak berbatasan. Ada jarak di antara dua wilayah. Jarak itu berupa laut sempit: Selat Aqaba. Di ketiak Laut Merah. Tidak jauh dari mulut selatan Terusan Suez," jelasnya.

Menurut Dahlan, dari go public Aramco itulah diharapkan Saudi bisa mendapat uang US$ 300 miliar atau Rp 4.200 triliun, guna menyangga biaya pembangunan kota tersebut sebesar US$ 500 miliar. Artinya kurang US$ 200 miliar lagi yang akan dicari dari investor.

"Ups, kekurangannya saja sekitar Rp 2.800 triliun. Bagi saya angka itu begitu abstrak. Menghitung jumlah nolnya saja lelah. Tapi bagi Saudi 15 nol itu kelihatannya mudah: akan ditutup dari para investor."

"Untuk apa membangun kota yang begitu mahal? Itu untuk jaga-jaga. Setelah minyak mentah habis, Aramco hanya akan menjadi masa lalu. Harus ada gantinya. Neom City adalah calon pengganti Aramco. Dari menatap masa lalu ke menengok masa depan. Itulah strategi jangka panjang Saudi," katanya.

Saudi Aramco Bersiap Terbitkan Global Bond Rp 142 TriliunFoto: Infografis/Peringkat Teratas Negara Penghasil Minyak Dunia/Arie Pratama


(tas/sef)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular