Jokowi Minta Bunga Kredit Turun, Saham Bank Ditutup Merah

Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
07 November 2019 16:55
Mayoritas harga saham emiten Bank BUKU IV mengakhiri perdagangan hari ini (7/11/2019) di zona merah
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas harga saham emiten Bank BUKU IV mengakhiri perdagangan hari ini (7/11/2019) di zona merah, di mana dari total 6 emiten, 4 mencatatkan penurunan harga, dan 2 membukukan kenaikan harga.

Pada penutupan perdagangan hari ini, harga saham bank dengan aset terbesar, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) terkoreksi 3,85% menjadi Rp 4.000/unit saham. Kemudian disusul oleh saham PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) yang melemah 1,55%, PT Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN) melemah 0,75% dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) turun tipis 0,16%.

Investor asing juga terlihat melego saham-saham bank-bank besar dengan mencatatkan aksi jual bersih pada saham PT Bank Negara Indonesia (BBNI) sebesar Rp 29,21 miliar. Kemudian aksi net sell juga menerpa BMRI dan BBCA dengan nilai masing-masing sebesar Rp 117,46 miliar dan Rp 664,76 miliar.

Sedangkan saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) membukukan kenaikan harga masing-masing sebesar 0,36% dan 1,33%.

Katalis negatif yang menekan harga saham bank datang dari pernyataan tegas Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang meminta pemimpin industri perbankan untuk menurunkan suku bunga kredit.

"Ketiga, saya mengajak untuk memikirkan secara serius untuk menurunkan suku bunga kredit," ujar Jokowi saat perhelatan Indonesia Banking Expo 2019, Rabu (6/11/2019).

Menurut Jokowi, negara lain sudah menurunkan bunga kreditnya termasuk juga Bank Indonesia (BI) yang telah menurunkan bunga acuannya. Terlebih lagi mengingat MH Thamrin telah memangkas BI 7-Day Reverse Repo Rate 4 kali beruntun dengan total penurunan 100 basis poin.

"Ini saya tunggu," tegas Jokowi.

Meskipun demikian, pelaku industri merespon bahwa penurunan suku bunga kredit tak bisa serta merta langsung dilakukan setelah BI menurunkan suku bunga acuan. Hal ini dikarenakan perlu menyesuaikan dengan jatuh tempo kewajiban yang dimiliki bank saat ini.

"Kita masih punya liabilitas yang jatuh temponya satu bulan ketika suku bunga turun hari ini, artinya itu masih butuh transmisi dan butuh waktu," kata Sunarso, Direktur Utama BRI di Hotel Fairmont, Jakarta, kemarin Rabu (6/11/2019).

Kemudian Direktur Utama BNGA berjanji akan menurunkan suku bunga jika bunga deposito sudah bisa diturunkan. Namun, sulit memangkas suku bunga deposito karena nanti menjadi kurang menarik bagi konsumen.

"Tapi secara umum kita sesuaikan, bukan cuma dari pinjaman tapi dari deposit juga, tapi orang banyak nggak mau deposito turun bunganya," jelasnya.

Apabila suku bunga kredit diturunkan saat suku bunga deposito masih tinggi, maka industri perbankan akan tekor karena beban bunga (cost of fund) yang ditanggung menjadi lebih besar.

Manajemen perusahaan BBNI menyebutkan saat ini biaya bunga yang dicatatkan cukup tinggi di level 3,2%.

"Kita sekarang lagi turun dulu pelan-pelan kan kemarin 3,2%. Kita lihat pelan-pelan. Kalau cost of fund turun kita baru berani nurunin [bunga kredit]," kata Ario Bimo, Direktur Keuangan BBNI.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Yes! Saham BBCA Balik ke Rp 8.000, BBNI & BMRI Nyusul Nih?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular