
Musim Panen Tiba, Harga CPO Mulai Terkoreksi
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
07 November 2019 12:04

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga komoditas minyak sawit mentah (CPO) diperdagangkan melemah siang ini. Harga CPO kontrak pengiriman tiga bulan turun 0,66% ke level 2.537 ringgit/ton jelang siang hari ini.
Melemahnya harga CPO dipicu oleh adanya kabar bahwa India sedang menyiapkan kebijakan "zero edible oil import". Menteri perdagangan India, Piyush Goyal meminta menteri pertanian untuk menyiapkan peta jalan (road map) untuk swasembada minyak nabati pada rapat antar kementerian Selasa lalu.
Sejauh ini India merupakan salah satu negara pengimpor minyak nabati terbesar di dunia. Setiap tahunnya India mengimpor 15 juta metrik ton untuk memenuhi kebutuhan domestik yang mencapai 25 juta metrik ton. Tentu langkah ini berpotensi besar mengurangi permintaan CPO dari Indonesia dan Malaysia jika benar-benar terlaksana.
Namun, program swasembada minyak nabati India bukanlah hal yang mudah diwujudkan dalam sekejap mata, tetapi bukan hal yang mustahil. Tantangan terbesarnya adalah bagaimana kapasitas produksi tersebut dapat memenuhi permintaan minyak nabati yang terus meningkat hingga 3-3,5% per tahunnya akibat pertumbuhan populasi yang pesat.
Turunnya harga CPO juga ditengarai oleh adanya kabar bahwa stok minyak sawit Malaysia bulan Oktober naik tertinggi tahun ini.
Menurut survei yang dilakukan Reuters, stok minyak sawit Malaysia bulan Oktober naik 2,8% dibanding September menjadi 5,2 juta ton.
Kenaikan stok terjadi karena kondisi musiman berupa tingkat produksi yang tinggi di bulan Oktober.
Hasil survei Reuters memperkirakan produksi bulan Oktober akan naik 2% dibanding September menjadi 1,88 juta ton.
Sebuah studi yang dilakukan oleh Dewan Sawit Malaysia (MPOB) menyebutkan bahwa tingkatproduksiCPO akan mencapai titik tertingginya di bulan September atau Oktober.
Melansir Reuters, kenaikan stok minyak sawit akan tetap terjadi walau ekspor melonjak tajam hingga 13,1% menjadi 1,59 juta ton.
Kenaikan ekspor minyak sawit Malaysia dipicu oleh tingginya ekspor ke China yang mencapai 48% secara bulanan mengimbangi turunnya ekspor minyak sawit Malaysia ke India sebesar 37%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Harga CPO & Emas Kompak Menguat
Melemahnya harga CPO dipicu oleh adanya kabar bahwa India sedang menyiapkan kebijakan "zero edible oil import". Menteri perdagangan India, Piyush Goyal meminta menteri pertanian untuk menyiapkan peta jalan (road map) untuk swasembada minyak nabati pada rapat antar kementerian Selasa lalu.
Namun, program swasembada minyak nabati India bukanlah hal yang mudah diwujudkan dalam sekejap mata, tetapi bukan hal yang mustahil. Tantangan terbesarnya adalah bagaimana kapasitas produksi tersebut dapat memenuhi permintaan minyak nabati yang terus meningkat hingga 3-3,5% per tahunnya akibat pertumbuhan populasi yang pesat.
Turunnya harga CPO juga ditengarai oleh adanya kabar bahwa stok minyak sawit Malaysia bulan Oktober naik tertinggi tahun ini.
Menurut survei yang dilakukan Reuters, stok minyak sawit Malaysia bulan Oktober naik 2,8% dibanding September menjadi 5,2 juta ton.
Kenaikan stok terjadi karena kondisi musiman berupa tingkat produksi yang tinggi di bulan Oktober.
Hasil survei Reuters memperkirakan produksi bulan Oktober akan naik 2% dibanding September menjadi 1,88 juta ton.
Sebuah studi yang dilakukan oleh Dewan Sawit Malaysia (MPOB) menyebutkan bahwa tingkatproduksiCPO akan mencapai titik tertingginya di bulan September atau Oktober.
![]() |
Kenaikan ekspor minyak sawit Malaysia dipicu oleh tingginya ekspor ke China yang mencapai 48% secara bulanan mengimbangi turunnya ekspor minyak sawit Malaysia ke India sebesar 37%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Harga CPO & Emas Kompak Menguat
Most Popular